UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN POJECT BASED LEARNING (PJBL) MATERI MARI MENGAJI DAN MENGKAJI Q.S AT TIN (PENELITIAN PADA SISWA KELAS IV SDN 2 CISONTROL KABUPATEN CIAMIS )
Dipublikasikan oleh Elis Siti Maemunah
Pada 01 February 2025
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN POJECT BASED LEARNING (PJBL) MATERI MARI MENGAJI DAN MENGKAJI Q.S AT TIN
(PENELITIAN PADA SISWA KELAS IV SDN 2 CISONTROL KABUPATEN CIAMIS )
DISUSUN OLEH:
ELIS SITI MAEMUNAH, S.Pd.I
PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS
DINAS PENDIDIKAN
SDN 2 CISONTROL RANCAH - CIAMIS
TAHUN 2022
Lembar Pengesahan
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN POJECT BASED LEARNING (PJBL) MATERI MARI MENGAJI DAN MENGKAJI Q.S AT TIN (PENELITIAN PADA SISWA KELAS IV SDN 2 CISONTROL ) “ Telah diseminasikan di kalangan guru pada hari.............,.... Desember di SDN 2 Cisontrol, Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis
Mengetahui dan Mengesahkan |
Ciamis, Desember 2022 Peneliti Elis Siti Maemunah, S.Pd.I NUPTK: 0533762663210202 |
Kata Pengantar
Puji dan Syukur mari kita panjatkan kehadirat alloh SWT yang mana alhamdulillah penyusun masih diberi kesempatan kelancaran dalam Menyusun proposal ini, solawat dan salam semoga tetap tercurah limpah pada Nabi Mihammad SAW.
Dalam penyusunan Proposal ini tidak lepas dari bantuan dar pihak yang telah memberikan informasi dan inspirasi, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
- Allah SWT. Yang telah memberikah kesehatan, kemudahan, dan kelancaran dalam menyusun tugas akhir.
- Yang terhormat, Bapak Aos Rosyad, S.Pd.I. selaku Kepala Sekolah SDN 2 Cisontrol.
- Yang terhormat, Bapak dan Ibu Guru Rekan - Rekan di SDN 2 Cisontrol.
Semua jasa dan pengorbanannya tidak mungkin terbalaskan oleh materi, hanya Allah yang akan membalas kebaikan Dunia dan Akhirat. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
Ciamis, Desember 2022
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN 1
- Latar Belakang Masalah 1
- Pembatasan dan Rumusan Masalah 6
- Tujuan Penelitian 7
- Manfaat Penelitian 7
BAB II KERANGKA TEORI 10
- Landasan Teori 10
- Penelitian terdahulu 22
- Hipotesis Penelitian 24
BAB III METODE PENELITIAN 25
- Jenis Penelitian 25
- Variabel Penelitian 26
- Populasi dan Sampel 27
- Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 29
- Teknik Analisis data 31
- Indikator Keberhasilan 32
- Prosedur Penelian 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33
- Gambaran Obyek Penelitian 33
- Hasil Penelitain 37
- Deskripsi Data 37
- Analisis Data 43
- Pembahasan Hasil 44
- Pengayaan dan Remidial 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50
- Kesimpulan 50
- Implikasi Penelitian 52
- Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
BAB I
PENDAJULUAN
- Latar Belakang Masalah
Pengertian Pendidikan di sebutkan secara jelas dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 dan 2 (Sisdiknas, 2003:3). Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk mencapai kekuatan dalam spiritualitas keagamaan, memperdalam pemahaman diri, membangun kepribadian yang berbudi luhur, mengembangkan kecerdasan, serta menguasai keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara..
Misi Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UUD 1945 adalah menciptakan masyarakat yang cerdas melalui proses pembelajaran dan pengembangan budaya bangsa. Tujuannya adalah agar setiap individu Indonesia memiliki pendidikan yang baik, berbudaya, cerdas, berlandaskan moral dan nilai budaya yang kuat, serta menjunjung tinggi keadilan sosial.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan potensi bawaan, baik fisik maupun spiritual, dengan menyesuaikannya pada nilai-nilai yang ada dalam budaya dan masyarakat. Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari faktor pendidikan yang di terapkan pada bangsa tersebut. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan harapan dan cita-cita yang tercermin dalam tujuan pendidikan.
Sekolah adalah wadah interaksi antara pendidik dan peserta didik, di mana proses pendidikan dilakukan secara sadar, terstruktur, dan terarah untuk mengubah perilaku peserta didik sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sekolah juga memegang peran penting dalam terwujudnya tujuan pendidikaan nasional melalui lembaga pendidikan formal yang disediakan oleh pemerintah.. Sekolah menjadi wadah untuk membantu peserta didik dalam proses pendewasaannya. Tentunya, seorang pendidik sanagat perlu menguasai ilmu yang berkaitan dengan pendidikan agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik dengan baik.
Salah satu kemampuan yang perlu di miliki oleh guru sebagai pendidik adalah kemampuan pedagogik. Hal ini telah di atur dalam UU no 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru diharapkan memiliki kompetensi pedagogik yang memungkinkan terciptanya suasana pembelajaran yang dinamis dan tidak monoton, sehingga dapat mencegah penurunan motivasi belajar pada peserta didik. Menurunnya motivasi belajar peserta didik dapat berimbas juga pada menurunnya prestasi belajar peserta didik.
Menurut Djalal (1986), prestasi belajar siswa merupakan cerminan dari kemampuan siswa yang diperoleh melalui penilaian proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pengajaran. Di tambahkan oleh Hamalik (2001) bahwasanya “prestasi belajar merupakan perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu”. Azwar (1996) menambahkan bahwa prestasi belajar dapat diukur melalui indikator-indikator seperti nilai rapor, indeks prestasi studi, tingkat kelulusan, dan predikat keberhasilan. Berdasarkan konsep-konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah gambaran kemampuan siswa yang didapatkan melalui proses belajar yang ditandai dengan indeks prestasi untuk mencapai tujuan pembelajaran
Masalah besar dalam Pendidikan selama ini adalah kuatnya dominasi pusat dalam penyelenggaraan Pendidikan sehingga yang muncul adalah metode hafalan dan monolog, materi ajar yang banyak, serta kurang menekankan pada pembentukan karakter bangsa (Majid dan Dian, 2006). Sehingga permasalahan yang sering di jumpai dalam pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. Disamping masalah lainnya yang juga muncul adalah kurang perhatiannya seorang guru terhadap variasi penggunaan strategi pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran secara baik. Begitupun juga permasalahan yang dijumpai dan terjadi di SDN 2 Cisontrol, masalah yang terjadi pada siswa kelas IV yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Mengaji dan Mengkaji Qs AT Tin
Rendahnya hasil belajar siswa itu tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuan siswa, tetapi juga disebabkan kurang suksesnya guru dalam mengajar. Karena salah satu tugas guru adalah sebagai pengajar, yang lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran (Nana Sudjana, 2005). Dalam hal ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan mengajar, disamping menguasai ilmu atau materi yang akan diajarkan.
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Ketiga komponen tersebut adalah (1) kondisi pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) hasil pembelajaran (Muhaim, 2004). Terkait tentang ketiga komponen tersebut maka guru harus mampu mengkolaborasikannya dan mengembangkannya, supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai yag diharapkan, tujuan pembelajaran tercapai dan menuai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, dengan dasar kemampuan dan keterampilan yang dimiliki guru diharapkan mampu menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan, sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal. Ketrampilan guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting dan harus ditingkatkan. Keterampilan tersebut meiputi keterampilan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi (Aqib dan Rohmanta, 2007). Upaya yang dimaksud adalah penggunaan strategi dalam pembelajaran. Dengan penggunaan strategi dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar para siswa.
Sebagai seorang guru, penting untuk dapat memilih strategi pembelajaran yang paling sesuai, meskipun tidak dapat dihindari bahwa setiap strategi memiliki kekurangannya masing-masing. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, seorang guru perlu memiliki keberanian untuk mencoba berbagai metode pengajaran, menciptakan media pembelajaran sederhana, atau menerapkan strategi mengajar tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara teori untuk mengatasi masalah dalam proses pembelajaran. Berangkat dari pentingnya perubahan pembelajaran dan peningkatan out put Pendidikan, maka penelitian tentang Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Pembelajaran Proyek Berbasis Masalah materi Mengaji dan Mengkaji Qs At Tin pada Siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol perlu dilaksanakan.
Pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan kontekstual, seperti Pembelajaran Proyek Berbasis Masalah dapat menjadi solusi yang efektif. Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah metode yang menempatkan siswa sebagai fokus utama dalam proses pembelajaran. Metode ini mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam menyelesaikan masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini didukung oleh teori konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget (1952) dan Vygotsky (1978), di mana dalam konstruktivisme, siswa diharapkan dapat membangun pengetahuan mereka melalui pengalaman langsung dan interaksi sosial. Melalui penerapan metode Project Based Learning (PjBL), siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga memahami dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dengan mengerjakan proyek secara kolaboratif.
Dalam pembelajaran elemen Al-Qur’an, metode PjBL dapat diterapkan dengan mengajak siswa untuk mengerjakan proyek yang berkaitan dengan konsep pelajar Islami serta penerapan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an. Dengan cara ini, siswa akan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengintegrasikan teori yang mereka pelajari dengan penerapannya dalam kehidupan nyata.
Melihat konteks dan masalah yang ada, implementasi PjBL dalam pembelajaran Mari Mengaji dan Mengkaji Qs. At Tin di kelas IV SDN 2 Cisontrol menjadi sangat relevan. Perubahan ini tidak hanya diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga membangun percaya diri dan kreatif yang menjadi tujuan utama pendidikan abad 21 (Trilling & Fadel, 2009).
Sebagai solusi untuk mengatasi masalah yang telah diidentifikasi ini, saya sebagai penelitian ini akan fokus pada penerapan metode Pembelajaran Proyek Berbasis Masalah (PjBL) dalam konteks pembelajaran elemen Al-Qur’an. Berdasarkan permasalahan berupa rendahnya pemahaman siswa terhadap penerapan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an, khususnya terkait hukum nun mati dan tanwin, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi serta mengevaluasi efektivitas penerapan metode PjBL dalam meningkatkan hasil belajar siswa.. Penelitian ini berjudul " Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Project Based Learning (PJBL) Materi Mari Mengaji dan Mengkaji Q.St At Tin (Penelitian pada Siswa Kelas IV SDN 2 Cisontrol Kabupaten Ciamis )", yang akan menyelidiki efektivitas metode ini dalam meningkatkan pemahaman, motivasi, keterlibatan, dan keterampilan praktis siswa dalam memahai penerapan Ilmu Tajwid didalam membaca Al-Qur’an Husunya terkait Hukum Nun Mati dan Tanwin. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan solusi yang efektif dan inovatif untuk memperbaiki praktik pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa di SDN 2 Cisontrol.
- Pembatasan dan Rumusan Masalah
- Pembatasan Msalah
Penelitian ini akan dibatasi pada beberapa aspek berikut untuk memastikan fokus dan kejelasan dalam pelaksanaannya:
- Pembatasan Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol. Siswa kelas ini dipilih karena materi elemen Al-Quran diajarkan pada tingkat ini sesuai dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam yang brlaku saat ini.
- Pembatasan Materi Pelajaran
Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini terbatas pada Mempraktikan Hukum Bacaan Nun Sukun dan Tanwin
- Pembatasan Metode Pembelajaran
Penelitian ini fokus pada penggunaan metode Proyek Berbasis Masalah (PjBL) dalam mengajarkan sub materi pemahaman siswa mempraktikan Hukum Nun Sukun dan Tanwin dalam Materi Mari mengaji dan mengkaji Q.S At Tin.
- Pembatasan Waktu.
Penelitian ini akan berlangsung selama dua pertemuan, dengan evaluasi penerapan metode PjBL dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa.
- Rumusan Masalah.
Berdasarkan pembatasan yang telah ditetapkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Bagaimana penerapan metode Proyek Berbasis Masalah (PjBL) pada siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol terhadap materi Mari Mengaji dan Mengkaji Qs AT Tin ?
- Apakah penggunaan PjBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi Mari mengaji dan Mengkaji Qs At Tin pada siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol ?
- Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui penerapan model Project Based Learning (PjBL) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Elemen Al-Quran materi Mari Mengaji dan Mengkaji Qs At Tin.
- Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam Elemen Al-Quran materi Mari Mengaji dan Mengkaji Qs AT Tin pada siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol dengan penerapan model Project Based Learning ( PjBL )
- Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
- Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya terkait efektivitas metode Project Based Learning (PjBL) dalam pengajaran agama Islam. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya yang bermaksud menggali lebih dalam penerapan metode PjBL dalam pembelajaran materi keagamaan lainnya.
- Manfaat Praktis
- Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembendaharaan metode pembelajaran yang lebih efektif dan menarik bagi guru dalam mengajarkan elemen Al-Quran dan materi-materi agama Islam lainnya. Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk penambahan strategi belajaran yang lebih tepat dan mampu meningkatkan pemahaman siswa.
- Bagi Siswa
Penerapan PjBL dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, memperdalam pemahaman mereka tentang ilmu tajwid dalam membaca Al-quran dalam konteks kehidupan sehari-hari.
- Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu inovasi untuk mengembangkan metode PjBL secara lebih luas dalam kurikulum sekolah, khususnya dalam pembelajaran agama Islam. Sekolah juga dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian akademik siswa secara keseluruhan.
- Bagi Pengambil Kebujakan Pendidikan
Penelitian ini dapat memberikan bukti nyata mengenai manfaat PjBL dalam pembelajaran agama Islam, yang dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan pendidikan yang lebih mendukung penerapan metode-metode pembelajaran berbasis masalah pasrtisipasi siswa.
- Manfaat Sosial
Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam membentuk akhlak siswa yang lebih religius dan bertanggung jawab melalui pemahaman serta praktik yang lebih mendalam terhadap elemen Al-Qur'an. Dengan begitu, siswa diharapkan menjadi individu yang lebih menyadari pentingnya membaca Al-Qur'an dengan penerapan ilmu tajwid yang tepat dan berkualitas.
BAB II
KERANGKA TEORI
- Landasan Teori
- Konsep Membaca Al-Qur’an
Kesulitan pengajaran alquran bagi anak anak merupakan hal yang lumrah. Diantara kesulitan membaca al-Qur’an bagi anak-anak adalah banyak ayat-ayat panjang yang sulit bagi anak untuk membaca. Tidak lancar, tidak fasih dalam membaca bagian yang terpisah bagi pemula anak dalam belajar alquran. Kesulitan itu disebabkan karena ilmu tajwid belum diajarkan pada level dasar, terkadang anak hanya menghafal melalui bimbingan guru. Oleh karena itu, pendidik, khususnya guru PAI, harus menerapkan berbagai strategi dengan pendekatan yang tepat, efektif, dan sesuai dalam membimbing siswa membaca Al-Qur'an. Strategi digunakan sebagai taktik atau cara-cara tertentu untuk mencapai tujuan, termasuk juga metode pengajaran. Metode inilah sebagai jalan untuk mengaplikasikan dan mengimplementasikan daftar rencana pembelajaran yang akan ditranfer ke peserta didik.
Menurut Karel Steenbrink, tujuan utama dalam pendidikan dasar tercapai ketika seorang murid berhasil menyelesaikan pembacaan Al-Qur'an secara keseluruhan untuk pertama kalinya. Membaca di sini mempunyai pengertian: melafalkan, memahami keilmuan bacaan karena dalam fase ini belum diberikan pengajaran tentang isi teks.( Karel Steenbrink, 1985, pp. 11-12) Yang dimaksud dengan belajar Alquran adalah membaca sampai lancar dengan Ilmu tajwid, belajar memahami makana–makna yang terkandung di dalam Alquran dan belajar menghafalkannya di luar kepala.
- Konsep Prestasi Belajar Siswa
- Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Anatara kata prestasi dan belajar, mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar diuraikan lebih lanjut, maka ada baiknya jika pembahasan ini diarahkan terlebih dahulu pada pengertian kata prestasi dan belajar.
Kata prestasi dari kata Belanda yaitu Prestatie, kemudian diadopsi kedalam bahasa Indonesia “Prestasi” yang berarti hasil usaha. Secara harfiah prestasi diartikan sebagai hasil yang dapat dicapai (dilakuakan, dikerjakan).
Menurut Mas'ud Hasan Abdul Dahar, prestasi adalah hasil yang dapat diciptakan, hasil pekerjaan, atau pencapaian yang memuaskan hati yang diperoleh melalui ketekunan dan kerja keras. Dengan demikian, prestasi dapat dipahami sebagai hasil dari suatu usaha yang telah dilakukan atau diciptakan, yang memberikan kepuasan, dan diperoleh melalui ketekunan, baik secara individu maupun kelompok, dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Sedangakan belajar adalah perubahan tingkah laku atau peanampilan dengan serangkaian kegiatan. Menurut Cranbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan mempergunakan panca inderanya. belajar membawa perubahan yang aktual maupun potensial pada kecakapan yang melalui usaha (dengan sengaja).
Belajar adalah proses perubahan pengetahuan. Definisi ini banyak diterima di sekolah-sekolah, di mana guru berusaha memberikan ilmu sebanyak-banyaknya, sementara siswa berusaha mengumpulkannya. Hilgard menyatakan bahwa belajar adalah proses yang menghasilkan atau mengubah suatu tindakan melalui latihan, yang dibedakan dari perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor selain latihan..
Dari berbagai pengertian di atas tentang prestasi dan belajar, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian yang diraih oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Menurut Nana Sudjana prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
- Jenis-Jenis Prestasi Belajar
Sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana, bahwa Bloom menyatakan setidaknya ada tiga bentuk prestasi yaitu, kognitif, efektif, dan psikomotor. Untuk lebih Jelasnya akan penulis uraiakan tentang maksud dan apa yang akan dicapai didalamnya :
- Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Tipe-tipe prestasi belajar bidang kognitif mencakup:
- Tipe prestasi belajar pengetahauan hafalan (Knowledge)
Tipe prestasi belajar pengetahauan merupakan tingkatan tipe prestasi yang paling rendah.
- Tipe prestasi belajar pemahaman (Comprehention)
Tipe prestasi belajar pemahaman berada satu tingkat lebih tinggi daripada tipe prestasi belajar yang berfokus pada hafalan pengetahuan. Pemahaman memperluhkan kemampuan menagkap makna atau arti dari sebuah konsep. Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran dengan bahasa atau ungkapan sendiri.
- Tipe prestasi belajar penerapan (Aplikasi)
Tipe prestasi belajar penerapan (aplikasi) adalah kemampuan untuk menerapkan dan mengabstraksikan suatu konsep, ide, rumus, atau hukum dalam situasi yang baru.
- Tipe prestasi belajar analisis
Tipe prestasi belajar analisis adalah kemampuan untuk memecah dan menguraikan suatu keseluruhan menjadi bagian-bagian atau unsur-unsur yang memiliki makna.. Analisis merupakan tipe belajar yang kompleks yang memanfa’atkan tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
- Tipe prestasi belajar sintesis
Sintesis merupakan lawan kata analisis, sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur-unsur menjadi satu intergritas. Berfikir konvergen biasanaya digunakan dalam menganailsis, sedang berfikir devergen selalu digunakan dalam berfikir sintesis. Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru.
- Tipe prestasi belajar evaluasi
Tipe prestasi belajar evaluasi merupakan kesanggupan seseorang memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan rel yang dimiliki dan kriteria yang digunakan.
- Prestasi Belajar Aspek Afektif
Bidang efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tingkatan bidang efektif sebagai tujuan dan tipe prestasi dan tipe prestasi belajar mencakup :
- Penerimaan (Receiving /Attending)
Receiving mengacu pada kesadaran, kemauan, perhatian seseorang individu untuk menerima dan memperhatikan dari berbagai jenis stimulus dari lingkungannya.
- Penanggapan (Responding)
Responding merujuk pada adanya rasa kepatuhan individu dalam mengikuti dan berpartisipasi terhadap suatu gagasan, objek, atau sistem nilai..
- Penghargaan terhadap nilai (Valuving)
Yakni berkeanaan dengan penilaian dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Valuving terhadap nilai menunjukan sikap menyukai,menghargai dari seseorang individu terhadap suatu gagasan, pendapat atau sistem nilai.
- Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisaian yaitu mengembangkan nilai dalam suatu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan antar nilai yang satu dengan yang lainnya serta memastikan kemantapan dan prioritas nilai yang dimilikinya..
- Karakteristik
Yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan prilakunya.
- Prestasi Belajar Aspek Psikomotor
Prestasi belajar aspek psikomotorik adalah kemampuan dalam masalah skill atau ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ranah psikomotorik menunjukan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Adapun tingakatan ketrampilan seseorang itu meliputi : 1) Gerakan reflek, yaitu ketrampilan pada gerak yang sering tidak disadari seseorang karena sudah merupakan kebiasaan. 2) Ketrampilan pada gerak dasar 3) Kemampuan perspektual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain. 4) Kemampuan dibidang fisik seperti kekuatan , keharmonisan dan ketepatan.
- Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang diperoleh oleh seorang individu merupakan hasil dari interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Baik dalam diri maupun dari luar individu. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar sangatlah penting, karena hal ini berperan dalam mendukung siswa untuk meraih hasil belajar yang optimal.. Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
- Faktor Internal, yaitu terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, bakat, motivasi, sikap, kecerdasan, kepribadian,
- Faktor Eksternal, yaitu terbagi menjadi 2 faktor sosial dan faktor non sosial.
- Cara Menentukan Prestasi Belajar
Evaluasi adalah salah satu cara untuk mengukur prestasi belajar. Ini adalah penelitian tentang seberapa baik siswa mencapai tujuan program. Assesmen adalah program penilaian untuk menunjukkan prestasi siswa sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan. Kata "evaluasi" memiliki persamaan kata dengan "evaluasi." Selain itu, kata "evaluasi" dapat berarti hal-hal seperti tes, ujian, ulangan, dan sebagainya.
Dengan melihat tujuan dan fungsi evaluasi, guru dapat mengetahui perkembangan perubahan tingkah laku siswa sebagai awal proses belajar dan mengajar. Dengan melakukan ini, mereka dapat berpartisipasi sebagai pendidik dan pembantu dalam kegiatan belajar. Dengan demikian, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengidentifikasi apakah seorang siswa tergolong cerdas, memiliki kemampuan rata-rata, atau cenderung lambat dalam hal kecerdasan. Selain itu, guru juga dapat memahami tingkat usaha yang telah dilakukan oleh siswa. Siswa yang memiliki hasil yang buruk atau baik biasanya menunjukkan usaha yang kurang efektif. Siswa yang memiliki hasil yang baik biasanya menunjukkan usaha yang efektif. Oleh karena itu, hasil evaluasi dapat digunakan oleh pendidik sebagai ilustrasi bagaimana memanfaatkan kecerdasan siswa.
- Konsep Teori Pembelajaran Project Berbasis Masalah ( PBL/ PjBL )
Problem-Based Learning (PjBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebuah metode pengajaran yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah sebagai langkah awal dalam proses belajar. Dalam PjBL, siswa dihadapkan pada masalah nyata yang memerlukan pemecahan melalui penelitian dan kolaborasi. Menurut Barrows dan Tamblyn (1980), PjBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kemampuan dalam memecahkan masalah, serta kemampuan bekerja sama dalam tim.. PjBL berlandaskan pada prinsip-prinsip konstruktivisme, yang memandang siswa sebagai individu aktif dalam membangun pemahaman mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman pribadi mereka (Hmelo-Silver, 2004).
- Karakteristik Utama PjBL
PjBL memiliki beberapa karakteristik utama yang membedakannya dari metode pembelajaran tradisional:
- Masalah sebagai Pemicu Pembelajaran
Proses pembelajaran dimulai dengan masalah yang autentik dan relevan dengan kehidupan nyata. Masalah ini biasanya kompleks, tidak terstruktur, dan menuntut siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mencari solusi. Dalam konteks pendidikan, masalah yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan relevan dengan materi yang dipelajari.
- Pembelajaran Berbasis Proyek
Setelah masalah diidentifikasi, siswa bekerja dalam kelompok untuk merancang dan mengembangkan proyek yang akan menyelesaikan masalah tersebut. Proyek ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi konsep-konsep yang relevan dan menerapkan pengetahuan yang mereka pelajari dalam konteks nyata.
- Kolaborasi dan Kerja Tim
PjBL menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi di antara siswa. Dalam proses penyelesaian proyek, siswa saling berbagi pengetahuan, bertukar ide, dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Ini tidak hanya membantu mereka dalam memahami materi pelajaran, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan kerja tim yang penting.
- Pembelajaran Mandiri dan Refleksi
Siswa didorong untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Mereka harus mencari informasi, menganalisis data, dan membuat keputusan tentang cara terbaik untuk menyelesaikan proyek. Refleksi menjadi salah satu komponen penting dalam PjBL, di mana siswa merenungkan proses pembelajaran yang telah mereka jalani sekaligus menilai keberhasilan proyek yang telah diselesaikan.
- Landasan Teoritis PjBL
Dasar teoritis PjBL berakar pada teori konstruktivisme, yang mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif di mana siswa secara mandiri membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan mereka (Piaget, 1952; Vygotsky, 1978).
Jean Piaget berpendapat bahwa anak-anak belajar dengan cara berinteraksi langsung dengan dunia di sekitar mereka. Mereka secara aktif membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman sebelumnya. Dalam PjBL, siswa tidak hanya menerima informasi secara pasif dari guru, tetapi mereka juga aktif terlibat dalam mencari dan membangun pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang sedang mereka hadapi.
- Tahapan Pelaksanaan PjBL
Menurut Hmelo-Silver (2004), pelaksanaan PJBL biasanya terdiri dari beberapa tahapan berikut:
- Identifikasi Masalah
Guru memulai dengan memperkenalkan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa. Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk memahami masalah secara mendalam serta mengidentifikasi hal-hal yang sudah mereka ketahui dan aspek-aspek yang masih perlu mereka pelajari.
- Perencanaan Proyek
Siswa membentuk kelompok dan mulai merancang proyek yang akan menyelesaikan masalah yang telah diidentifikasi.
- Pelaksanaan Proyek
Siswa melaksanakan proyek sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Mereka mengumpulkan data, melakukan eksperimen, atau melakukan penelitian yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
- Presentasi dan Evaluasi
Setelah proyek selesai, siswa mempresentasikan hasilnya kepada kelas atau audiens lain.
- Refleksi
Siswa merenungkan pengalaman belajar mereka selama menjalankan proyek, termasuk tantangan yang dihadapi serta strategi yang digunakan untuk mengatasinya..
- Manfaat dan Tantangan PjBL
- Manfaat PjBL
- Meningkatkan Pemahaman Mendalam
Dengan terlibat langsung dalam penyelesaian masalah nyata, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi pelajaran. PjBL mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta menghubungkan konsep-konsep abstrak dengan aplikasi praktis.
- Pengembangan Keterampilan Abad 21
Project Based Lerning mendukung pengembangan keterampilan penting yang dibutuhkan di abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kerja sama, komunikasi, dan literasi digital.
- Motivasi Belajar
Project Based Lerning memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan proyek yang mereka anggap menarik dan relevan, yang dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi mereka dalam pembelajaran..
- Tantangan PjBL
- Kebutuhan Sumber Daya
Project Based Learning seringkali membutuhkan waktu, materi, dan sumber daya tambahan untuk menjalankan proyek-proyek yang bersifat kompleks. Ini bisa menjadi tantangan di lingkungan sekolah yang memiliki keterbatasan sumber daya.
- Kebutuhan Guru
Guru perlu memiliki keterampilan untuk merancang masalah yang efektif, memfasilitasi kerja kelompok, dan pelatihan yang memadai dan pengalaman dalam PjBL sangat penting bagi keberhasilan metode ini.
- Penilaian yang rumit
Penilaian dalam PjBL lebih kompleks daripada penilaian dalam pembelajaran tradisional. Guru perlu mengevaluasi tidak hanya hasil akhir proyek, tetapi juga proses pembelajaran, keterlibatan siswa, serta keterampilan yang berkembang sepanjang pelaksanaan proyek.
- Penerapan PjBL dalam Pembelajaran Agama Islam
Dalam pembelajaran agama Islam, Project Based Learning dapat diterapkan untuk membantu siswa memahami konsep-konsep keagamaan secara lebih mendalam. Misalnya, dalam pembelajaran elemen A-Quran. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar tentang elemen Al-Quran, tetapi juga memahami makna dan pentingnya penerapan Ilmu Tajwid dalam membaca Al-Quran dalam kehidupan siswa.
- Pemahaman Pembelajaran Qs. At Tin
- Metode pengajaran Al-Qur’an
Menurut Hasan Langgulung (1997), metode pengajaran Al-Qur'an tradisional melibatkan salah satu teknik hafalan yang telah digunakan selama berabad-abad untuk membantu siswa menghafalkan ayat-ayat suci. Langgulung mencatat bahwa teknik-teknik ini sering kali melibatkan aktivitas pengulangan dan membaca bersama-sama, yang sejalan dengan prinsip-prinsip metode drill dalam pembelajaran Al-Qur'an.. Metode pengulangan menawarkan pendekatan yang lebih sistematis dan terukur untuk meningkatkan kemampuan hafalan siswa.
Hukum membaca Al-Qur'an dengan ilmu tajwid adalah wajib 'ain, yaitu kewajiban bagi kesemuaan Muslim yang membaca Al-Qur'an. Membaca Al-Qur'an dengan tajwid merupakan upaya menjaga keaslian Al-Qur'an. Membaca Al-Qur'an tanpa tajwid dapat menyebabkan kesalahan dan mengubah makna ayat Al-Qur'an. Tajwid juga membuat bacaan Al-Qur'an menjadi lebih indah dan enak didengar, kemudian hukum mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardhu kifayah bagi masyarakat secara umum, dan berstatus fardhu 'ain bagi setiapindividu, seperti orang yang belajar mengajar Al-Qur'an.
Muhammad Amin Abdullah (2003) menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai moral dan spiritual siswa melalui berbagai metode pengajaran. Abdullah menekankan bahwa penguatan hafalan di dalam Al- Qur'an merupakan aspek penting dalam pendidikan agama. Metode drill, ketika diterapkan secara terstruktur dan konsisten, mampu membantu pencapaian tujuan pendidikan agama Islam dengan memperkuat kemampuan hafalan siswa serta memperdalam pemahaman mereka terhadap ajaran Al-Qur'an.
Al-Qur’an akan memberikan syafa’at bagi seseorang yang membacanya dengan benar dan baik, serta memperhatikan adab-adabnya. Diantaranya merenungkan makna-maknanya dan mengamalkannya. Seseorang yang membaca Al-Qur'an, baik melalui hafalan yang telah dikuasai maupun dengan melihat mushaf, akan membawa kebaikan dan keberkahan dalam hidupnya. Hal ini diibaratkan seperti sebuah rumah yang dihuni oleh pemiliknya, lengkap dengan perabotan dan perlengkapan yang dibutuhkan.. Sebaliknya, orang yang tidak terdapat Al Qur’an dalam hatinya bagaikan rumah yang kosong tidak berpenghuni dan tanpa perabotan. Maka rumah akan menjadi kosong, kotor dan berdebu, bahkan dihuni setan yang akan menyesatkan manusia.
- QS. At Tin
Surat at-tin turun di Mekah sebelum Nabi Muhammad Saw berhijrah ke Madinah menurut kebanyakan Ulama ( Zumhur Ulama ). Nama surat at-Tin atau Wa at-Tin adalah satu-satunya nama yang diperkenalkan ulama. Surat at-tin turun sebelum surat al-buruj dan sesudah surat Quraisy terdiri dari 8 ayat ( M Qurais Syihab: 2022). Surat at-tin termasuk kelompok surat Makkiyah nama at-tin diambil dari kata at-tin yang terdapat pada ayat pertama artinya buah tin ( Kementrian Agama RI : 2012 ). Penjelasan mengenai pembagian Makiyah dan Madaniyyah di tinjau dari empat perspektif yaitu masa turun, tempat turun, objek pembicaraan, dan tema pembicaraan dari ayat-ayat tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa Makiyah adalah ayat-ayat yanng turun sebelum Rasullulah SAW hijrah dar Mekah ke Madinah, meskipun terkdanag ayat tersebut tidak turun di Mekah. Sedangkan Madaniyyah ayat yang turun setelah Rasulullah SAW hijrah meskipun ayat tersebut tidak turun di Makkah.
Dari segi tempat turunnya, maka Makiyah turun di kota Makah, dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan Hubaidah. Adapun Madaniyyah adalah ayat yang turun di kota Madinah dan sekitarnya termasuk wilayah Uhud, Quba, dan Sil. Objek pembicaraan Makkiyah adalah penduduk Makkah dan ayat Madaniyyah ditunjukan pada penduduk Madinah. Menurut Mana’ Khalil Al-Qattan (2021), jika ditinjau dari isi pembahasannya, ayat-ayat Makkiyah mengandung ajaran tentang tauhid, sedangkan ayat-ayat Madaniyah membahas persoalan ibadah, muamalah, serta berbagai hukum lainnya..
Tema utama surat at-Tin (95) adalah uraian tentang manusia dari aspek kesempurnaan penciptaan dari jati dirinya serta sebab-sebab kejatuhannya ( M.Qurais syihab : 2008 ). Surat ini mengandung sumpah Allah Swt, bahwa Allah Swt telah menciptakan manusia dalam keadaan dan bentuk rupa yang sangat indah (ahsan taqwim). Allah Swt memfitrahkan manusia dengan sangat baik, tetapi apabila manusia tersebut sering mengikuti hawa nafsunya maka akan jatuh kepada tingkat serendah-rendahnya ( Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy : 1973 )
- Penelitian Terdahulu
- Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-based learning: What and how do students learn? Educational Psychology Review, 16(3), 235-266.
Penelitian ini menyajikan gambaran komprehensif mengenai cara kerja PjBL, meliputi mekanisme pembelajaran yang terlibat serta dampaknya terhadap pemahaman siswa.. Hmelo-Silver menguraikan bagaimana PjBL dapat meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa melalui pendekatan berbasis masalah. Berbeda dengan penelitian yang sedang peneliti laksanakan, berfokus pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
- Yadav, A., Lundeberg, M. A., & Binns, I. (2014). Problem-based learning: Influence on students’ learning in an undergraduate chemistry course. International Journal of Science Education, 36(16), 2654-2675.
Penelitian ini menilai pengaruh PjBL terhadap hasil belajar siswa dalam kursus kimia. tudi ini memberikan pemahaman tentang penerapan PjBL dalam mata pelajaran sains serta pengaruhnya terhadap pencapaian akademik dan tingkat keterlibatan siswa. Sementara penelitian ini, diterapkan dampak terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
- Hakim, M. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Proyek terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Praktik Siswa dalam Pembelajaran Agama Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 7(2), 123-135.
Penelitian ini menganalisis dampak penerapan model PjBL dalam pembelajaran agama Islam, terutama terkait pengaruhnya terhadap pemahaman konsep serta keterampilan praktis siswa. Secara umum, pembelajaran agama Islam mencakup berbagai aspek, sementara penelitian ini lebih terfokus pada upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada submateri Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan elemen Al-Quran.
- Arifin, S., & Adi, H. (2021). Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 4(1), 45-58.
Penelitian ini mengevaluasi efektivitas pembelajaran berbasis masalah dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, dengan penekanan pada penerapan model PjBL dalam konteks pembelajaran agama. Sementara penulis berbeda materi dengan mengusung elemen Al-Quran materi Qs At Tin.
- Zulkarnain, N. (2018). Efektivitas Pembelajaran Shalat Gerhana pada Siswa SMP Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif. Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), 89-102.
Penelitian ini menganalisis efektivitas model pembelajaran kooperatif dalam mengajarkan materi Shalat Gerhana kepada siswa SMP, sekaligus memberikan panduan tentang penerapan metode pembelajaran tertentu dalam konteks ibadah shalat..
- Hipotesis Tindakan
Asrori. 2009:96 mrngemukakan bahwasanya Hipotesis tindakan merupakan salah satu jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah diteliti melalui PTK
Adapun hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah “Penggunaan metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI BP) materi Mari Mengaji dan Mengkaji QsAt Tin di SDN 2 Cisontrol.
BAB III
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan strategi Crossword Puzzle. Groundy dan Kemmis menjelaskan bahwa sesungguhnya karakteristik yang khas dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dengan adanya sebuah aksi tertentu untuk memperbaiki proses pembelajaran kelas. Pendapat lain dikemukakan oleh Madya (2007: 26) bahwasanya Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian tindakan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas praktek dalam berbagai situasi kehidupan nyata di lingkungan.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan utama yang saling terhubung dan berkelanjutan, yaitu: (1) Perencanaan tindakan (Planning), (2) Pelaksanaan tindakan (Acting), (3) Pengamatan (Observing), dan (4) Refleksi (Reflecting)..
Secara rinci dapat di uraikan sebagai berikut:
- Perencanaan
Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan perancanaan tindakan yang tersusun dalam berbagai kegiatan:
- Membuat Modul Ajar.
- Menyusun lembar observasi untuk pendidik (guru) maupun peserta didik (siswa) guna mengamati kondisi dan proses pembelajaran di kelas saat strategi pembelajaran Project Based Learning diterapkan.
- Menyiapkan alat bantu mengajar yang dalam rangka membantu siswa memahami konsep-konsep pembelajaran PAI dengan baik
- Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa
- Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat sesuai dengan kurikulum dengan menggunakan strategi Project Based Learning.
- Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan yakni berkolaborasi dengan salah seorang guru PAI yang selanjutnya dilaksanakan evaluasi
- Refleksi
Refleksi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi Project Based Learning belum menghasilkan prestasi yang optimal. Oleh karena itu, bersama kolaborator, kelemahan atau kekurangan yang muncul pada setiap pertemuan dalam satu siklus akan dikumpulkan dan dianalisis untuk diperbaiki pada pertemuan atau siklus berikutnya.
- Variabel Penelitian
Dalam penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat beberapa variable yang diteliti. Pada bagian ini ditentukan variable-variable penelitian yang dijadikan fokus utama untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variable tersebut dapat berupa:
- Variable input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar dan lain sebagainya.
- Variable proses KBM seperti interaksi pembelajaran, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa. Implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya.
- Variabel output mencakup faktor-faktor seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar, serta sikap siswa terhadap pengalaman pembelajaran yang telah dilaksanakan melalui tindakan perbaikan, dan sebagainya
Dilihat dari sifatnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bersifat partisifasi dalam artian peneliti terlibat dalam penelitian, bersifat kolaborasi, karena melibatkan orang lain dalam penelitiannya, dan bersifat kualitatif, karena peneliti berinteraksi dengan subjek penelitian secara ilmiah. Maksudnya, peneliti mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan melakukan pengamatan, penelitian secara sistematis, dan menarik kesimpulan, sebagaimana yang dilakukan oleh peneliti kualitatif..
- Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini, populasi yang menjadi fokus adalah siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol. Populasi ini terdiri dari seluruh siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol yang terdaftar di sekolah tersebut pada tahun ajaran saat penelitian dilakukan. Berikut adalah detail mengenai populasi dan sampel penelitian:
- Populasi Penelitian
Populasi penelitian mencakup semua siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol, yang terdiri dari total 11 siswa, terdiri dari 4 laki-laki dan 7 Perempuan
- Sampel Penelitian
Untuk tujuan penelitian ini, kelas IV dipilih sebagai sampel penelitian. Pemilihan kelas IV sebagai sampel didasari oleh pertimbangan praktis dan metodologis, seperti kemudahan akses serta kesiapan kelas untuk menerapkan metode Project Based Learning.. Kelas IV terdiri dari 11 siswa, yang akan menjadi subjek utama untuk penerapan PjBL dan evaluasi hasil belajar mereka.
- Alasan Pemilihan Sampel
Pemilihan kelas IV sebagai sampel dilakukan dengan pertimbangan berikut:
- Representatif
Dengan demikian, hasil penelitian di kelas ini dapat memberikan gambaran yang relevan tentang efektivitas Project Based Learning dalam konteks sekolah tersebut.
- Kesiapan Kelas
Kelas IV menunjukkan kesiapan dan kesediaan untuk mengikuti metode pembelajaran PjBL. Ini mencakup faktor-faktor seperti dukungan dari guru, kesiapan siswa, dan keterlibatan dalam kegiatan pembelajaran.
- Ukuran Sampel
Sampel penelitian terdiri dari 11 siswa di kelas IV terdiri dari 4 laki-laki dan 7 Perempuan. Ukuran sampel ini dianggap cukup untuk menganalisis dampak PjBL secara mendalam dan menghasilkan data yang valid terkait efektivitas metode pembelajaran. Data yang diperoleh dari sampel ini akan digunakan untuk menilai pemahaman siswa, motivasi, dan tingkat keterlibatan mereka dalam pembelajaran Elemen Al-Quran.
- Metode Pengumpulan Data
Data akan dikumpulkan melalui berbagai metode, seperti tes pemahaman, observasi kelas, survei motivasi, dan penilaian keterampilan praktis. Proses pengumpulan data dilakukan di kelas IV untuk memperoleh informasi yang menyeluruh mengenai dampak Model Pembelajaran PjBL terhadap hasil belajar siswa
- Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas Pembelajaran Proyek Berbasis Masalah (PjBL) dalam mengajarkan materi elemen Al-Quran kepada siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol. Data yang dikumpulkan akan memberikan informasi yang komprehensif mengenai pemahaman siswa, motivasi, keterlibatan, dan keterampilan praktis mereka. Berikut adalah detail mengenai jenis, sumber, dan teknik pengumpulan data:
- Jenis Data
Data kualitatif akan dapat digunakan untuk memahami secara mendalam pengalaman siswa dan respons mereka terhadap metode pembelajaran PjBL. Data ini mencakup:
- Observasi: Catatan observasi dari aktivitas kelas, interaksi siswa selama pelaksanaan PJBL, dan dinamika kelompok.
- Wawancara: Wawancara dengan siswa untuk mendapatkan wawasan tentang persepsi mereka terhadap PjBL, motivasi, dan pengalaman belajar mereka terkait materi .
- Sumber Data
- Sumber Primer
Data primer diperoleh langsung dari siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol yang menjadi sampel penelitian. Ini termasuk:
- Siswa
Sumber utama data yang meliputi hasil tes, respon survei, dan feedback dari wawancara dan observasi.
- Guru
Wawancara dengan guru pengajar untuk mendapatkan perspektif mengenai penerapan PJBL dan dampaknya terhadap pembelajaran Qs At Tin
- Sumber Skunder
Data sekunder digunakan untuk memberikan konteks tambahan dan mendukung analisis. Ini termasuk:
- Dokumentasi: Dokumen terkait seperti rencana pelajaran, materi ajar, dan catatan kegiatan PJBL yang digunakan selama proses penelitian.
- Literatur: Referensi dari studi-studi sebelumnya dan teori-teori pembelajaran yang mendasari penggunaan PJBL dalam pembelajaran agama Islam.
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Observasi: Teknik ini melibatkan pengamatan langsung terhadap aktivitas kelas selama penerapan PJBL. Observasi dilakukan untuk:
- Mengamati interaksi siswa dan guru.
- Menilai keterlibatan siswa dalam kegiatan proyek.
- Mencatat dinamika dan tantangan yang muncul selama pembelajaran.
- Teknik Wawancara: Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mendalam dari siswa dan guru. Wawancara terstruktur atau semi-terstruktur digunakan untuk:
- Menggali persepsi siswa tentang metode PJBL dan Materi Elemen Al-Quran.
- Mendapatkan umpan balik dari guru mengenai efektivitas PJBL dan tantangan dalam pelaksanaannya.
- Teknik Tes: Tes digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang penerapan Hukum Nun Mati dan Tanwin. Tes dilaksanakan sebelum dan setelah penerapan PJBL untuk:
- Menilai perubahan pemahaman siswa.
- Membandingkan hasil belajar sebelum dan setelah intervensi.
- Teknik Analisis Data
Analisis data kuantitatif digunakan untuk memberikan gambaran tentang peningkatan pemahaman materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Analisis ini dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes siklus I dan II, untuk menentukan peningkatan nilai individu. Hasil perhitungan nilai rata-rata hasil tes dari setiap siklus dibandingkan dan dihitung
???????????????????????????????????????? ???????????????????? ???????????????????????????? ????????????????????????????????ℎ????????
∑ ???????????????? ???????????????????? ???????????????? ????????????????????????????????ℎ ????????????????????????ℎ ????????????????????
= ∑ ???????????????? ???????????????????????????????? × 100%
Besarnya persentase yang memenuhi KKM
????
???? = ???? × 100%
Keterangan
P = Persentase siswa yang tuntas
F = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥
A = Banyaknya siswa yang mengikuti Tes
- Indikator Keberhasilan
Sebagai indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah minimal 75% siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara perorangan. Seorang siswa dianggap telah mencapai ketuntasan belajar secara individu jika siswa tersebut telah memperoleh nilai 76, sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Sedangkan indikator proses pembelajaran dengan menerapkan strategi Project Based Learning menggunakan lembar observasi.
- Prosedur Penelitian
Ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model pembelajaran yang dikemukakan Kemmis dan Mc Taggart.
Adapun model PTK dimaksud menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya), yang disajikan dalam bagan berikut ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
-
Gambaran Obyek Penelitian
Bagian ini menjelaskan secara deskriptif singkat dan padat mengenai:
Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDN 2 Cisontrol
Alamat : Jalan Gunungwaja, Dusun Sindangjaya
Email : sdn2_cisontrol@yahoo.co.id
Desa : Cisontrol
Kecamatan : Rancah
Kabupaten : Ciamis
NPSN : 20212438
Izin Pendirian : 61/PSB/1952
-
Sejarah Singkat SDN 2 Cisontrol
Sejarah Singkat SDN 2 Cisontrol adalah sebagai berikut :
- SDN 2 Cisontrol berdiri pada tahun 1952 awalnya bernama SD Gunungwaja kemudian di ganti menjadi SDN 2 Cisontrol.
-
Visi, Misi, dan Tujuan SDN 2 Cisontrol
- Visi
Dengan Iman dan Takwa, Sekolah Dasar Negeri 2 Cisontrol berprestasi dalam seni dan Olah raga.
- Misi
Dalam pencapaian Visi yang berfokus terhadap dimensi Profil Pelajar Pancasila, SDN 2 Cisontrol menjabarkan Misi sekolah sebagai berikut :
- Melaksanakan keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa, sebagai landasan dalam bekerja
- Meningkatkan generasi unggulan yang memiliki potensi bidang seni dan olah raga
- Membentuk sumber daya manusia yang progresif, kreativ, dan inovatip sesuai dengan perkembangan zaman
- Membangun citra sekolah sebagai pusat seni dan olah raga
- Tujuan
Tujuan yang diharapkan oleh SDN 2 Cisontrol dalam Implementasi Kurikulum Merdeka sebagai bentuk dan cara mewujudkan misi sekolah yang telah ditetapkan dengan rincian sebagai berikut :
- Menerapkan konsep “ senyum, sapa, dan salam “ dalam membangun kekeluargaan
- Menjadikan kekurangan dan kelemahan sebagai tantangan
- Melengkapi sarana prasarana belajar yang lebih baik
- Membangun lingkungan sekolah yang kondusif
- Menjadikan pencapaian prestasi sebagai prioritas
- Meningkatkan kompetensi pendidik sesuai dengan profesinya.
-
Kondisi Sekolah
-
SDM,
Sumber daya manusia yang ada di SDN 2 Cisontrol untuk tenaga pengajar atau tenaga pendidik sudah memenuhi kriteria kebutuhan guru yaitu dari peraturan guru dan dosen harus S1 maka semuanya sudah mendapatkan gelar Pendidikan sarjana.
- Sarana dan Prasarana,
Sumber air yang dimiliki berasal dari Sumur terlindungi, Sumber air minum untuk guru dan pegawai sekolah disediakan oleh sekolah, sekolah SDN 2 Cisontrol.
- memiliki kecukupan air bersih cukup sepanjang waktu
- Sekolah menyediakan jamban yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung untuk digunakan oleh siswa berkebutuhan khusus kebetulan kami belum tersedia.
- Tipe jamban : Leher angsa (toilet duduk/jongkok), Sekolah menyediakan pembalut cadangan :Tidak ada, Jumlah hari dalam seminggu siswa mengikuti kegiatan cuci tangan berkelompok : 6 hari.
- Jumlah tempat cuci tangan : 6, Jumlah tempat cuci tangan rusak : 0, Apakah sabun dan air mengalir pada tempat cuci tangan : tidak.
- Sekolah memiiki saluran pembuangan air limbah dari jamban: Ada saluran pembuangan air limbah ke tangki septik atau IPAL. Sekolah pernah menguras tangki septik dalam 3 hingga 5 tahun terakhir dengan truk/motor sedot tinja: Ya
-
Hasil Penelitian
-
Deskripsi Data
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Cisontrol sebelum dan sesudah diterapkan metode Pembelajaran Proyek Berbasis Masalah (PJBL) pada materi Mari Mengaji dan Mengkaji Qs At Tin. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap atau dua siklus, yaitu sebelum dan sesudah praktek pembelajaran menggunakan PJBL.
- Siklus 1 Data Nilai dari Kegiatan Pre-Test (Sebelum Penerapan Metode PJBL)
Sebelum dilakukan penerapan metode PJBL, kegiatan Pre-Test dilakukan untuk mengukur pemahaman awal siswa terhadap materi Qs At Tin. Berikut adalah rincian hasil pre-test siswa:
No |
Nama |
Nilai Siswa |
1 |
Siswa 1 |
70 |
2 |
Siswa 2 |
65 |
3 |
Siswa 3 |
69 |
4 |
Siswa 4 |
73 |
5 |
Siswa 5 |
77 |
6 |
Siswa 6 |
69 |
7 |
Siswa 7 |
65 |
8 |
Siswa 8 |
71 |
9 |
Siswa 9 |
60 |
10 |
Siswa 10 |
80 |
11 |
Siswa 11 |
68 |
Tabel 4.1
Data hasil Pre Test Peserta Didik
Dari data dalam table di atas dapat disimpulkan:
- Jumlah siswa: 11 orang.
- Nilai rata-rata siswa: 69,7.
- Jumlah siswa yang mencapai KKTP (nilai ≥ 70): 5 siswa atau 45.45 % dari total siswa.
- Jumlah siswa yang belum mencapai KKTP (nilai < 70): 6 siswa atau 54,54 % dari total siswa.
- Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80 ( Siswa 10 ).
- Nilai terendah adalah 60 ( Siswa 9 ).
Berikut adalah distribusi nilai siswa pada kegiatan Pre-Test:
- 60-69: 6 siswa (54.54 %)
- 70-81: 5 siswa (45,45 %)
Data ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa, yaitu 54.54%, belum mampu mencapai KKTP, yang mengindikasikan bahwa pemahaman awal siswa terhadap materi masih rendah sebelum diterapkan metode PJBL. Nilai rata-rata siswa berada di bawah KKTP, menunjukkan adanya kesenjangan dalam pemahaman siswa mengenai materi Qs At Tin.
- Siklus 2 Data Nilai Setelah Penerapan Metode PJBL
Setelah metode PJBL diterapkan dalam pembelajaran Elemen Akhlak, hasil nilai siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan. Berikut adalah rincian hasil tes siswa setelah pembelajaran PJBL:
No |
Nama |
Nilai Siswa |
1 |
Siswa 1 |
90 |
2 |
Siswa 2 |
69 |
3 |
Siswa 3 |
88 |
4 |
Siswa 4 |
89 |
5 |
Siswa 5 |
89 |
6 |
Siswa 6 |
92 |
7 |
Siswa 7 |
68 |
8 |
Siswa 8 |
80 |
9 |
Siswa 9 |
84 |
10 |
Siswa 10 |
93 |
11 |
Siswa 11 |
70 |
Tabel 4.2
Data Nilai Peserta Didik setelah Penerapan Metode PJBL
Dari data dalam tabel di atas dapat disimpulkan:
- Jumlah siswa: 11 orang.
- Nilai rata-rata siswa: 82,9.
- Jumlah siswa yang mencapai KKTP: 9 siswa atau 81.81% dari total siswa.
- Jumlah siswa yang belum mencapai KKTP: 2 siswa atau 18.18% dari total siswa.
- Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 93 (Siswa 10).
- Nilai terendah adalah 68 (Siswa 7).
Berikut adalah distribusi nilai siswa setelah penerapan PJBL:
- 66-74: 3 siswa (27.27%)
- 75-84: 2 siswa (18,18%)
- 85-99: 6 siswa (54,54%)
Setelah penerapan metode PJBL, hampir seluruh siswa, yaitu 81,81%, telah mencapai nilai di atas KKTP. Nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan signifikan dari 69,7 menjadi 82.9, menunjukkan dampak positif penerapan PJBL terhadap pemahaman siswa.
- Perbandingan Nilai Siklus 1 dan Siklus 2 Sesudah Penerapan PJBL
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan nilai sebelum dan sesudah penerapan metode PJBL, berikut adalah ringkasan perbandingan hasil belajar siswa:
Kriteria |
Pre-Test ( Sebelum PJBL ) |
Setelah PJBL |
Jumlah Siswa |
11 |
11 |
Nilai Rata-rata |
69,7 |
82.9 |
Jumlah Siswa ≥ KKTP |
6 siswa atau 54,54 % |
2 siswa atau 18.18% |
Jumlah Siswa < KKTP |
5 siswa atau 45.45 % |
9 siswa atau 81.81% |
Nilai Tertinggi |
80 |
93 |
Nilai Terendah |
60 |
68 |
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah penerapan PJBL, terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada pemahaman siswa. Sebagian besar siswa berhasil mencapai nilai di atas KKTP, dengan nilai rata-rata yang jauh meningkat
- Interpretasi Peningkatan Nilai
- Nilai Rata-rata: Peningkatan nilai rata-rata dari 69,7 menjadi 82,9 menunjukkan bahwa metode PJBL berhasil memberikan dampak positif pada pemahaman siswa. Peningkatan ini membuktikan bahwa metode pembelajaran yang interaktif dan kontekstual, seperti PJBL, mampu membantu siswa memahami materi dengan lebih baik dibandingkan metode pembelajaran konvensional.
- Peningkatan Jumlah Siswa yang Mencapai KKTP: Sebelum penerapan PJBL, hanya 45.45 % siswa yang mampu mencapai nilai di atas KKTP, namun setelah metode ini diterapkan, angka tersebut melonjak menjadi 81,81%. Ini menandakan bahwa metode PJBL tidak hanya meningkatkan nilai individu siswa tetapi juga memberikan dampak yang merata di seluruh kelas.
- Distribusi Nilai: Setelah penerapan PJBL, sebagian besar siswa berada dalam kategori nilai 85 ke atas, yang menunjukkan peningkatan kemampuan yang signifikan pada mayoritas siswa. Peningkatan nilai ini juga menandakan bahwa PJBL membantu siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkannya dalam konteks praktik, seperti yang diperlukan dalam materi Elemen Al-Quran.
- Data Keterlibatan dan Motivasi Siswa Berdasarkan survei
Selain data nilai, survei juga dilakukan untuk mengukur keterlibatan dan motivasi siswa selama pembelajaran Elemen Al-Quran menggunakan metode PJBL. Survei ini dilakukan dengan beberapa pertanyaan kunci mengenai partisipasi, kerjasama kelompok, dan motivasi siswa.
Dari hasil survei yang diikuti oleh 11 siswa, berikut adalah beberapa temuan penting:
- Siswa aktif memberikan pendapat selama diskusi kelompok:
- 9 siswa (81,8%) merasa aktif dalam diskusi kelompok selama pembelajaran PJBL.
- Kerjasama dalam kelompok:
- 8 siswa (72,7%) merasa mampu bekerja sama dengan anggota kelompok dalam menyelesaikan proyek.
- Keterlibatan dalam tahap-tahap proyek (merencanakan, mengerjakan, dan mempresentasikan):
- 9 siswa (81,8%) menyatakan berperan aktif dalam semua tahap proyek.
- Inisiatif dan kreativitas dalam menyelesaikan proyek:
- 9 siswa (81,8%) merasa menunjukkan inisiatif dan kreativitas selama pengerjaan proyek.
- Kemampuan mengatur waktu sesuai deadline:
- 8 siswa (72,7%) merasa mampu mengatur waktu dengan baik selama proyek.
- Pertanyaan dan kontribusi selama proyek:
- 7 siswa (63,6%) merasa berani bertanya dan mampu menjawab pertanyaan terkait proyek.
- Motivasi belajar meningkat:
- 7 siswa (63,6%) menyatakan lebih termotivasi belajar Elemen Akhlak dengan metode PJBL.
- Pembelajaran lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari:
- 6 siswa (54,54%) merasa materi yang dipelajari lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari melalui PJBL.
- Analisis Data
Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa metode PJBL berhasil meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Elemen Akhlak. Berikut adalah beberapa poin utama analisis:
- Peningkatan Pemahaman Siswa:
Data pre-test menunjukkan bahwa sebelum penerapan PJBL, pemahaman siswa berada di bawah standar yang diharapkan, dengan nilai rata-rata 69,7. Namun setelah diterapkan PJBL, nilai rata-rata meningkat signifikan menjadi 82,9, dengan 81,8% siswa mencapai atau melampaui KKTP. Hal ini menunjukkan bahwa metode PJBL efektif dalam membantu siswa memahami materi secara lebih mendalam.
- Keterlibatan Aktif Siswa:
Berdasarkan survei, 81,8% siswa merasa terlibat aktif dalam setiap tahap proyek, mulai dari perencanaan hingga presentasi. Keterlibatan aktif ini menunjukkan bahwa metode PJBL tidak hanya meningkatkan hasil belajar secara akademis, tetapi juga membangun keterampilan kolaboratif dan inisiatif siswa.
- Peningkatan Motivasi Siswa:
Sebanyak 63,6% siswa menyatakan bahwa mereka lebih termotivasi belajar dengan menggunakan PJBL dibandingkan metode konvensional. Keterlibatan langsung dalam proyek memungkinkan siswa untuk lebih memahami relevansi materi dengan kehidupan sehari-hari, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi mereka.
- Peningkatan Keterampilan Praktis:
Dengan adanya praktik langsung melalui proyek-proyek yang dikerjakan, siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengembangkan keterampilan praktis dalam melaksanakan Praktik Ilmu Tajwid dalam membaca Al-Quran. Peningkatan ini ditunjukkan dari hasil observasi guru dan survei yang mencatat bahwa siswa merasa lebih percaya diri dalam mempraktikkan Ilmu Tajwid dalam membacaAl-Quran.
- Pembahasan Hasil
Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode PJBL pada pembelajaran Elemen Al-Quran memberikan dampak positif terhadap pemahaman dan hasil belajar siswa. Berikut adalah pembahasan dari beberapa aspek penting:
- Peningkatan Pemahaman Siswa: Terlihat bahwa metode PJBL berhasil meningkatkan pemahaman siswa mengenai elemen Al-Quran, hal ini terbukti dari kenaikan nilai rata-rata dari 69,7menjadi 82,9.
- Keterlibatan Siswa: Penerapan PJBL mendorong siswa untuk lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Mereka tidak hanya menghafal tata cara, tetapi juga memahami praktek pengucapan Tajwid.
- Motivasi Belajar: Berdasarkan observasi selama pembelajaran, metode PJBL terbukti meningkatkan motivasi belajar siswa. Mereka lebih antusias mengikuti pembelajaran karena metode ini memberi mereka kesempatan untuk bekerja secara kolaboratif dan menyelesaikan masalah nyata.
- Keterampilan Praktis: Melalui PJBL, siswa tidak hanya memperoleh pemahaman teoretis, tetapi juga mampu mempraktikkan Ilmu tajwid dalammembaca Al-Quran dengan benar, seperti yang terlihat dari peningkatan keterampilan praktis mereka dalam pembuatan project.
- Siklus 3 Pengayaan dan Remidial
- Perencanaan
Berdasarkan hasil siklus ke-2, guru merancang kegiatan Pengayaan dan Remidial untuk siswa yang telah mencapai kriteria ketercapaian dan yang belum, guna memastikan semua siswa memperoleh pemahaman yang memadai terkait Elemen Al-Quran.
- Pengayaan
Disiapkan untuk siswa yang telah mencapai atau melampaui Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Kegiatan pengayaan bertujuan untuk memperdalam pemahaman mereka melalui proyek yang lebih kompleks.
- Remidial
Dirancang untuk siswa yang belum mencapai KKTP, dengan fokus pada pengulangan dan penyederhanaan materi Elemen Al-Quran.
Rencana Kegiatan:
- Pengayaan
Proyek tambahan yang lebih mendalam, misalnya, membuat laporan atau presentasi tentang Praktik Hukum Nun Sukun dan Tanwin.
- Remidial
Pengajaran ulang dengan pendekatan yang lebih sederhana, diskusi kelompok kecil, serta bimbingan intensif untuk siswa yang kesulitan memahami materi Elemen Al-Quran yang benar.
- Pelaksanaan
Pada tahap ini, kegiatan pengayaan dan remidial dilaksanakan sesuai dengan rencana.
- Pengayaan
Siswa yang telah mencapai KKTP diberi proyek lanjutan. Mereka bekerja secara mandiri atau dalam kelompok untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang materi Praktik Hukum Nun Sukun dan Tanwin dengan video simulasi.
- Remidial
- Siswa yang belum mencapai KKTP mendapatkan bimbingan lebih intensif melalui diskusi kelompok kecil dan praktik berulang.
- Guru memberikan contoh praktis secara langsung, mengulang materi Al-Quran, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mempraktikkan dengan benar.
- Observasi
Guru melakukan pengamatan terhadap kedua kelompok siswa (pengayaan dan remidial).
- Pengayaan
- Mengamati bagaimana siswa bekerja dalam proyek lanjutan, apakah mereka dapat memperluas pemahaman dengan lebih baik.
- Memonitor kerja sama kelompok dalam proyek dan kemampuan analitis siswa saat membahas fenomena kenakalan remaja dan solusinya.
- Remidial
- Mengamati bagaimana siswa yang mengikuti remidial merespons pengulangan materi. Apakah mereka mengalami peningkatan pemahaman dan dapat memperbaiki kesalahan dalam pembuatan project.
- Mengevaluasi partisipasi aktif siswa dalam diskusi dan praktik berulang.
- Hasil Pengayaan dan Remidial
Setelah metode PJBL diterapkan dalam pembelajaran Elemen Al-Quran, hasil nilai siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan, namun masih terdapat peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) sehingga perlu dilaksanakan kegiatan lanjutan berupa Pengayaan dan Remidial. Berikut adalah rincian hasil tes siswa setelah kegiatan Pengayaan dan Remidial.
No |
Nama |
Nilai Siswa |
1 |
Siswa 1 |
90 |
2 |
Siswa 2 |
80 |
3 |
Siswa 3 |
88 |
4 |
Siswa 4 |
89 |
5 |
Siswa 5 |
89 |
6 |
Siswa 6 |
92 |
7 |
Siswa 7 |
74 |
8 |
Siswa 8 |
80 |
9 |
Siswa 9 |
84 |
10 |
Siswa 10 |
98 |
11 |
Siswa 11 |
75 |
Tabel 4.3 Nilai Peserta Didik Setelah Pengayaan dan Remidial
- Simpulan dari data Nilai setelah Pengayaan dan Remidial
Berdasarkan hasil pengayaan dan remidial yang dilakukan pada siswa kelas IV dalam materi Mari Mengaji dan Mengkaji Qs At Tin Sub Elemen Mempraktikan Hukum Nun Sukun dan Tanwin (Elemen Al-Quran) dengan metode Pembelajaran Proyek Berbasis Masalah (PJBL), dapat disimpulkan hal-hal berikut:
- Peningkatan Nilai Peserta Didik
- Rata-rata nilai siswa setelah pengayaan dan remidial menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan nilai sebelum dilakukan pengayaan dan remidial.
- Hampir semua siswa mengalami peningkatan nilai, dengan banyak siswa yang sebelumnya tidak mencapai KKTP kini berhasil mencapai atau melampaui KKTP.
- Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 98 (Siswa 10), dan nilai terendah adalah 74 (Siswa 7), yang menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang berada jauh di bawah standar KKTP setelah pengayaan dan remidial.
- Presentase Peserta Didik yang mencapai KKTP
- Sebelum kegiatan pengayaan dan remidial, beberapa siswa masih belum mencapai KKTP. Namun, setelah pengayaan dan remidial, seluruh siswa berhasil mencapai atau melampaui KKTP (nilai minimal 70).
- Siswa dengan nilai tertinggi semakin memperlihatkan penguasaan materi dengan skor mendekati sempurna.
- Efektivitas Pengayaan dan Remidial
- Kegiatan pengayaan efektif dalam memperdalam pemahaman siswa yang sudah mencapai KKTP. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai siswa yang sudah tinggi menjadi lebih baik lagi.
- Kegiatan remidial terbukti efektif membantu siswa yang nilai awalnya di bawah KKTP untuk memperbaiki kesalahan dan memahami materi dengan lebih baik. Siswa yang sebelumnya mendapatkan nilai rendah, seperti Siswa 9 (60 menjadi 84) dan Siswa 7 (65 menjadi 74), menunjukkan peningkatan yang signifikan.
- Distribusi Nilai
- Setelah pengayaan dan remidial, distribusi nilai berada dalam rentang 74 hingga 98, dengan mayoritas siswa mendapatkan nilai di atas 80, menunjukkan hasil belajar yang baik.
- Siswa yang sebelumnya memiliki nilai lebih rendah secara umum mengalami peningkatan signifikan berkat pendekatan remidial yang diberikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui penerapan Pembelajaran Proyek Berbasis Masalah (PJBL) pada materi Mari Mengaji dan Mengkaji Qs At Tin Sub Elemen Mempraktikan Hukum Nun Sukun dan Tanwin (Elemen Al-Quran di kelas IV SDN 2 Cisontrol, dengan tambahan program pengayaan dan remidial, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
- Efektivitas PJBL dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa
Penerapan metode PJBL terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Elemen Al-Quran. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa setelah penerapan PJBL, yang semula berada di angka 69,7 pada siklus awal, meningkat menjadi 82.9 pada akhir siklus ke-2, dan setelah pelaksanaan pengayaan dan remidial, nilai rata-rata siswa mencapai 85,36.
Peningkatan ini menunjukkan bahwa metode PJBL berhasil mendorong siswa untuk memahami konsep secara lebih mendalam melalui kegiatan kolaboratif dan berbasis proyek.
- Pengayaan dan Remidial Efektif dalam Mengatasi Kesenjangan Pemahaman Siswa
Program pengayaan dan remidial yang dijalankan pada siklus ke-3 efektif dalam memperbaiki kesenjangan pemahaman siswa. Siswa yang belum mencapai KKTP pada siklus sebelumnya berhasil memperbaiki nilai mereka setelah mengikuti sesi remidial, sementara siswa yang sudah mencapai KKTP diberikan pengayaan untuk memperdalam pemahaman.
Sebelum pelaksanaan pengayaan dan remidial, hanya 81,81% siswa yang telah mencapai KKTP, tetapi setelah program ini, 100% siswa berhasil mencapai atau melampaui KKTP, dengan nilai tertinggi 98 dan nilai terendah 74.
- Peningkatan Partisipasi Aktif dan Motivasi Siswa
Penerapan PJBL disertai dengan program pengayaan dan remidial juga meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang awalnya pasif dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih aktif berkontribusi dalam diskusi kelompok dan proyek, serta lebih termotivasi untuk memahami materi.
Keberhasilan program ini terlihat dari antusiasme siswa dalam mengerjakan proyek pengayaan, serta peningkatan kepercayaan diri siswa yang mengikuti remidial, terutama dalam mempraktikkan Bacaan Hukum Tajwid Nun Sukun dan Tanwin dengan benar.
- Peningkatan Keterampilan Praktis Siswa
Selain peningkatan pemahaman teori, penerapan metode PJBL, pengayaan, dan remidial juga berdampak positif terhadap keterampilan praktis siswa. Dalam praktik Bacaan Hukum Tajwid Nun Sukun dan Tanwin, siswa menunjukkan peningkatan dalam hal kebenaran berpikir dan tingkah.
Hasil observasi selama sesi praktik menunjukkan bahwa siswa yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi pelajar menyimpang dan pelajar Islami, setelah mengikuti remidial, mampu melaksanakan project dengan benar.
- Pengaruh PJBL terhadap Pengembangan Keterampilan Praktis dan Sosial Siswa
Penerapan PJBL tidak hanya memberikan pengaruh positif terhadap aspek kognitif, tetapi juga pada keterampilan praktis dan sosial siswa. Dalam proyek materi menjauhi perkelahian pelajar, Miras dan Narkoba, siswa menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mengidentifikasi tingkah laku sesuai dengan tuntunan agama. Mereka tidak hanya memahami prosedur yang benar, tetapi juga mampu melakukannya dengan lebih percaya diri. Selain itu, melalui kerja kelompok dan proyek bersama, siswa juga mengembangkan keterampilan kolaboratif, seperti kemampuan bekerja dalam tim, berkomunikasi secara efektif, dan membagi tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas. Ini adalah keterampilan penting dalam pendidikan abad 21 yang menekankan pentingnya kolaborasi, kreativitas, dan keterampilan berpikir kritis.
- Implikasi Penelitian
Hasil dari penelitian ini memberikan beberapa implikasi penting, baik dari segi teori maupun praktik pendidikan:
- Implikasi Teoretis
Penelitian ini mendukung teori konstruktivisme, khususnya dalam konteks pembelajaran agama Islam, yang menekankan pentingnya pengalaman langsung dan interaksi sosial dalam proses pembelajaran. Melalui penerapan PJBL, siswa tidak hanya menjadi penerima pasif informasi tetapi juga agen aktif yang membangun pengetahuan melalui penyelesaian proyek yang relevan dengan kehidupan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa metode PJBL sangat cocok diterapkan dalam materi yang membutuhkan pemahaman mendalam, seperti Elemen Al-Quran.
- Implikasi Praktis
Penerapan metode PJBL dapat menjadi solusi efektif bagi guru dalam mengatasi masalah rendahnya pemahaman siswa terhadap materi agama Islam yang bersifat praktis. Metode ini tidak hanya meningkatkan pemahaman kognitif, tetapi juga membangun keterampilan sosial dan praktis siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan untuk lebih sering menggunakan metode PJBL dalam pembelajaran, terutama untuk topik yang menuntut pemahaman konseptual dan keterampilan praktik. Selain itu, sekolah diharapkan untuk menyediakan dukungan yang memadai dalam bentuk waktu, materi, dan sumber daya pembelajaran untuk mendukung implementasi PJBL secara optimal.
- Saran
- Untuk Guru
Guru disarankan untuk terus mengembangkan dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih inovatif dan berpusat pada siswa, seperti PJBL. Metode ini telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman, motivasi, dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, guru diharapkan mampu mendesain proyek yang relevan dengan kehidupan siswa dan memberikan bimbingan yang memadai selama proses pengerjaan proyek agar hasil yang dicapai lebih optimal.
- Untuk Sekolah
Sekolah diharapkan dapat mendukung penerapan metode PJBL secara lebih luas dengan menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan, seperti alat peraga, media interaktif, dan waktu yang cukup untuk pelaksanaan proyek. Sekolah juga perlu mengadakan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menerapkan metode pembelajaran inovatif seperti PJBL.
- Untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian lebih lanjut yang ingin mengeksplorasi penerapan metode PJBL dalam konteks materi keagamaan lain atau mata pelajaran lain. Penelitian mendatang juga dapat mengevaluasi efek jangka panjang dari metode PJBL terhadap pengembangan karakter dan keterampilan abad 21, seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kepemimpinan. Selain itu, penelitian dapat memperluas sampel dan variabel yang diteliti untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, S., & Adi, H. (2021). Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 4(1), 45-58.
Bain, K. (2004). What the Best College Teachers Do. Harvard University Press.
Black, P., & Wiliam, D. (1998). Assessment and classroom learning. Assessment in Education: Principles, Policies and Practices, 5(1), 7-74.
Cohen, L., & Manion, L. (2000). Research Methods in Education (5th ed.). Routledge.
Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The "what" and "why" of goal pursuits: Human needs and the self-determination of behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227-268.
Elliott, J. (1991). Action Research for Educational Change. Open University Press.
Garrison, D. R., & Anderson, T. (2003). E-learning in the 21st century: A framework for research and practice. Routledge.
Hakim, M. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Proyek terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Praktik Siswa dalam Pembelajaran Agama Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 7(2), 123-135.
Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-based learning: What and how do students learn? Educational Psychology Review, 16(3), 235-266.
Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-based learning: What and how do students learn? Educational Psychology Review, 16(3), 235-266.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid X, Jakarta, PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, hlm. 707
Kemmis, S., & McTaggart, R. (1988). The Action Research Planner. Deakin University.
M.Quraisy Shihab, Al-Lubab (Makna, Tujuan Pelajaran al-Fatiha dan Juz’ama..., hlm.217 diterbitkan pada tahun 2008
M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Juz ‘Amma Vol 15, Jakarta, Lentera Hati, 2002,hlm.371
Mana’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Jakarta, PT. Mitra Kejaya Indonesia, cet.6, 2001, hlm, 84-87
O’Grady, C. (2010). Implementing project-based learning: A case study of an engineering class. Journal of Engineering Education, 99(2), 152-165.
Sagor, R. (2000). Guiding School Improvement with Action Research. ASCD.
Schön, D. A. (1983). The Reflective Practitioner: How Professionals Think in Action. Basic Books.
Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majied An-Nur (X) Djuz 28 sd/30 , Jakarta, Bulan Bintang, Cet 1, 1973, hlm.15
Yadav, A., Lundeberg, M. A., & Binns, I. (2014). Problem-based learning: Influence on students’ learning in an undergraduate chemistry course. International Journal of Science Education, 36(16), 2654-2675.