Loading...
Kembali

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KARTU ARISAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI ZAKAT PADA SISWA KELAS V SDN 3 BOJONGGEDANG KABUPATEN CIAMIS

Dipublikasikan oleh Juarsih

Pada 01 February 2025






PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KARTU ARISAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI ZAKAT PADA SISWA KELAS V SDN 3 BOJONGGEDANG KABUPATEN CIAMIS

 

(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas V SDN 3 Bojonggedang Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis)
















Oleh :

JUARSIH, S.Pd.I





PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

2022

ABSTRAK

 

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan, Hasil Belajar, Tema Zakat

 

Hasil belajar Siswa kelas V SDN 3 Bojonggedang Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis materi zakat masih rendah terbukti dengan hasil belajar siswa yangbelum mencapai KKM 70. Siswa kurang tertarik terhadap pelajaran sehingga materiyang disampaikan oleh guru mudah terlupakan. Pendalaman konsep berkurang, dan siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk menggali yang ingin atau harus siswa ketahui. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah Model Kooperatif Tipe Kartu Arisan dapat meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa kelas V SDN 3 Bojonggedang tentang materi zakat ? Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data yang objektif dan faktual apakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Bojonggedang tentang materi zakat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas V SDN 3 Bojonggedang Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis  yang berjumlah 10 siswa.

Instrumen penelitian meliputi lembar observasi dan soal tes. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan tes. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase, apabila ≥ 70% siswa nilainya di atas KKM dan aktif bertanya serta menjawab selama proses pembelajaran maka siklus dihentikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Bojonggedang Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis  materi zakat. Peningkatan nilai rata-rata kelasdari Pra Siklus (67,63) ke Siklus I (80,40) adalah sebesar 12,77; Siklus I (80,40) keSiklus II (90,12) sebesar 9,72. Pada siklus I persentase keaktifan siswa dalambertanya adalah 30 % mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 28% menjadi58%. Persentase keaktifan siswa dalam menjawab pada siklus I adalah 45 % mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 26% menjadi 71%.



SURAT KETERANGAN PENELITIAN

 

Yang berhubungan dibawah ini, Kepala SDN 3 Bojonggedang Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran, menyatakan bahwa:

Nama : Juarsih

Alamat : Dusun Sukacai, Rt 02 Rw 10 Desa Rancah Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis;

 

Adalah guru Pendidikan Agama Islam yang telah mengadakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di sekolah kami untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperative Tipe Kartu Arisan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Zakat pada Siswa Kelas V SDN 3 Bojonggedang Kabupaten Ciamis”. Pelaksanaan penelitian Senin, 10 Oktober 2022 – Senin 28 November 2022. Demikian surat keterangan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

 

Bojonggedang, 28 November 2022

Mengetahui

        Kepala Sekolah         Guru Pendidikan Agama Islam 

dan Budi Pekerti





              Yeti Suharyati, S.Pd.                   Juarsih, S.Pd.I    

        NIP. 197703262014082001                            NUPTK.3840765666230222











KATA PENGANTAR



Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT, karena berkat Taufik dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan untuk Meningkatkan Hasil Belajar materi zakat pasa Siswa Kelas V SDN 3 Bojonggedang pada materi Zakat”.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat kesulitan, namun karena bantuan berbagai pihak yang terkait Alhamdulillah akhirnya laporan ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya laporan ini, yaitu: kepada Ibu Yeti Suharyati, S.Pd. selaku kepala sekolah SDN 3 Bojonggedang yang telah membimbing penulis dalam menyusun PTK ini, Ibu Eka Nugraha Rahmani selaku wali kelas V yang telah membantu penulis menjadi observer dalam PTK ini, juga Bapak/Ibu guru dan semua staff SDN 3 Bojonggedang yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas segala dukungannya selama kegiatan penelitian tindakan kelas ini.

Karena keterbatasan kemampuan penulis, dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan laporan ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan penelitian tindakan kelas ini dapat berguna dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran.




       Rancah, 28 November 2022



        Penulis

 

DAFTAR ISI



Halaman Judul

Abstrak ………………………………………………………………………. i Kata Pengantar ………………………………………………………………. ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………..     iii

Daftar Tabel …………………………………………………………………..    iv

Daftar Gambar ………………………………………………………………..     v

Daftar Grafik …………………………………………………………………     vi

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………….. 1

  1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1
  2. Identifikasi Masalah …………………………………………………. 3
  1. Analisis Masalah……………………………………………………… 3
  2. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 4
  3. Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 4
  4. Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………….. 5

  1. Penelitian Tindakan Kelas …………………………………………… 5
  2. Hasil Belajar …………………………………………………………. 6
  3. Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Kartu Arisan………………...
  4. Keaktifan Siswa ………………………………………………………
  5. Globalisasi …………………………………………………………
  6. Kerangka Berfikir …………………………………………………….

BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………….

  1. Setting dan Subjek Penelitian ………………………………………..
  2. Prosedur/Siklus Pelaksanaan Penelitian ……………………………
  3. Metode Pengumpulan Data …………………………………………..
  4. Metode Analisis Data ………………………………………………
  5. Indikator Keberhasilan ……………………………………………….

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………….

  1. Hasil Penelitian Penelitian ………………………………………….
  2. Pembahasan …………………………………………………………..

BAB V SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………

  1. Simpulan ……………………………………………………………..
  2. Saran ………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..





LAMPIRAN-LAMPIRAN

  1. Surat Permohonan Izin Penelitian
  2. Surat Izin Penelitian
  3. Modul Ajar Siklus 1 dan Siklus 2
  4. Instrumen Penelitian
  5. Hasil Kerja Siswa
  6. Foto Kegiatan
  7. Daftar Hadir Siswa

DAFTAR TABEL

 

Tabel 4.1 Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus I …………......……………..

52

Tabel 4.2 Perolehan Nilai Siklus 1 ………………………………………...

52

Tabel 4.3 Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus II …………………………..

29

Tabel 4.4 Perolehan Nilai Siklus II ......…………………………………...

53

Tabel 4.5 Perbandingan Perolehan Nilai Hasil Belajar ……………………

53

Tabel 4.6 Perbandingan Perolehan Nilai Hasil Belajar………………….....

55



DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian ……………………………... 28

GAmbar 3.4 Model Desain Kemmis & Taggart 31

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Peningkatan Peningkatan Hasil Belajar ……………………….. 56

Grafik 4.2 Keaktifan Siswa dalam Bertanya dan Menjawab …………........ 57

BAB I PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang Masalah

Manusia tidak lepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sektor penting untuk pembangunan sebuah negara agar tetap maju dan berkembang. Pembelajaran perlu ada untuk mendapatkan sebuah pendidikan (Suwarno, 2006: 30). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Solihatin (2007: 4) menyatakan untuk meningkatkan mutu/kualitas pendidikan di Indonesia juga telah berkembang berbagai jenis model pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, terdiri dari dua orang atau lebih yang keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami apa yang dipelajarinya sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Maka diperlukan penerapan model baru yang sesuai dengan karakteristik tiap siswa dan sesuai dengan fase perkembangannya. Solusi baru tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe kartu arisan. Model tipe kartu arisan adalah salah satu pembelajaran kooperatif. Model tersebut mengikuti perkembangan anak dikarenakan anak didik sering menjumpai arisan didaerahnya masing- masing. Siswa akan lebih rileks, tanggung jawab, kerja sama, serta bersaing sehat dalam pembelajaran. Siswa akan dituntut untuk mengasah otak agar mereka lebih cepat dan tepat dalam menjawab dari setiap soal yang diberikan oleh guru.

Zurriati (2017: 157) pada hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe kartu arisan cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kartu arisan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif atau berkelompok, siswa bekerjasama dalam kelompok untuk mendiskusikan kesesuaian jawaban dari pertanyaan yang keluar dalam gelas yang telah dikocok oleh guru. Setiap kelompok mendapatkan kartu jawaban yang sama, begitu juga dengan jumlahnya kelompok yang lain. Kegiatan ini membuat setiap siswa  dalam kelompok berperan aktif dalam mengerjakan tugas atau kegiatan diskusi. Siswa juga tidak menjadi jenuh dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran karena mereka bermain sambil belajar. Model pembelajaran ini ketika diterapkan, maka dapat memotivasi siswa dalam belajar karena menarik dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu, melalui kegiatan bermain tersebut mereka juga akan mudah memahami konsep yang dipelajari. Dengan demikian hasil belajar akan meningkat.

Arikunto (2012: 3) mengungkapkan penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas perlu dilakukan karena penelitian ini dapat memecahkan suatu permasalahan di dalam kelas tersebut dan meningkatkan hasil belajar siswa yang dilakukan secara berkesinambungan dan bertahap sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

Berdasarkan alasan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 3 Bojonggedang tentang materi zakat”.

  • Identifikasi Masalah

Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diungkapkan dalam latar belakang, peneliti mengidentifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut :






  1. Hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Bojonggedang rendah
  2. Siswa tidak semangat mengikuti proses pembelajaran sehingga hanya sebagian siswa yang memahami pembelajaran dan mencapai hasil belajar yang diinginkan.
  • Analisis Masalah

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN 3 Bojonggedang Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis diperlukan pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar yang optimal. Salah satunya denganpenerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan.

  • Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana Hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Bojonggedang tentang materi zakat melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan ?

2 Bagaimana keaktifan siswa dalam tanya jawab selama proses pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan?

  • Tujuan Penelitian

 Seperti rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui Hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Bojonggedang tentang materi zakat melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan. 
  • Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam tanya jawab selama proses pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan.



  • Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam   penelitian   ini   adalah   sebagai berikut :

  1. Bagi Guru
    1. Dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tematik.
    2. Sebagai    informasi    bagi    guru-guru     mengenai     pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Kartu Arisan pada materi zakat.
  2. Bagi Siswa
    1. Siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar pada materi zakat melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan pada siswa kelas V SDN 3 Bojonggedang menjadi lebih menyenangkan;
    2. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar tentang makna zakat.
    3. Siswa dapat meningkatkan keaktifan dan partisipasi selama proses pembelajaran; dan
    4. Siswa dapat meningkatkan keberanian dalam mengungkapkan pendapat, ide, pertanyaan, dan saran.
  3. Bagi Sekolah
    1. Sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran tematik.
    2. Meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa dan kinerja guru.



BAB II KAJIAN PUSTAKA

 

  • Penelitian Tindakan Kelas
  • Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas disingkat PTK atau Classroom Action Research adalah bentuk penelitian yang terjadi di dalam kelas berupa tindakan tertentu yang dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Penelitian tindakan kelas dapat dipakai sebagai implementasi berbagai program yang ada di sekolah, dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa atau

keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program sekolah.

Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah perilaku mengajar guru, perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran.

Berikut definisi dan pengertian penelitian tindakan kelas dari beberapa sumber buku:

  • Menurut Arikunto, dkk (2006), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
  • Menurut Supardi (2006), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa.
  • Menurut Aqib (2011), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.
  • Menurut O’Brien (Mulyatiningsih, 2011), penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya

  • Menurut Kemmis dan Taggart (Padmono, 2010), penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktikpraktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktektersebut.
  • Karakteristik dan Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik utama penelitian tindakan kelas adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan kelas harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif. Apabila dengan tindakan justru membawa kelemahan, penurunan atau perubahan negatif, berarti hal tersebut menyalahi karakter penelitian tindakan kelas. Adapun karakteristik yang menunjukkan ciri dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

  1. Inkuiri reflektif.

Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil   yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practise driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven).

  1. Kolaboratif.

Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan siswa. Penelitian tindak kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan.

  1. Reflektif.

Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan

Pendekatan empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.

Penelitian tindakan kelas dapat berjalan dengan baik apabila dalam perencanaan dan pelaksanaannya menerapkan enam prinsip, yaitu sebagai berikut (Hopkins, 1993):

  1. Tugas pertama dan utama guru di sekolah adalah mengajar siswa sehingga apapun metode penelitian tindakan kelas yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmen sebagai pengajar.
  2. Metode pengumpulan data yang di gunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
  3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskanhipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya dan memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang di kemukakannya.
  4. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang merisaukannya. Bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, guru sendiri memiliki komitmen yang diperlukan sebagai motivator intrinsik bagi guru untuk bertahan dalam pelaksanaan kegiatan yang jelasjelas menuntut lebih dari yang sebelumnya diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugaspengajarnya.
  5. Dalam menyelenggarakan penelitian tindakan kelas,   guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anakanak, penelitian tindakan kelas juga hadir dalam suatu konteks organisasional sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi.
  6. Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru,namun dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sejauh mungkin

digunakan classroom excedding perspektive, artinya permasalahan tidak   dilihat   terbatas   dalam   konteks dalam kelas atau mata pelajaran tertentu,melainkan dalam perspektif yang lebih luas ini akan berlebih-lebih lagi terasa urgensinya apabila dalam suatu penelitian tindakan kelas terlibat dari seorang pelaku.

  • Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins (1993), penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (Observation and evaluation). Sedangkan prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteriakeberhasilan).

Gambar dan penjelasan langkah-langkah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

 

  1. Perencanaan (Planning), yaitu persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan Penellitian Tindakan Kelas, seperti: menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan pembuatan media pembelajaran.
  2. Pelaksanaan Tindakan (Acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan serta prosedur tindakan yang akan diterapkan.
  3. Observasi (Observe),   Observasi   ini   dilakukan   untuk   melihat

pelaksanaan semua rencana yang telah dibuat dengan baik, tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kegiatan observasi dapat dilakukan dengan cara memberikan lembar observasi atau dengan cara lain yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.

  1. Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang telah dirancang. Berdasarkan langkah ini akan diketahui perubahan yang terjadi. Bagaimana dan sejauh mana

tindakan yang ditetapkan mampu mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara signifikan. Bertolak dari refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan dalam bentuk replanning dapat dilakukan.

  • Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Mulyatiningsih (2011), terdapat empat model penelitian tindakan kelas, yaitu:

  1. Model Kurt Lewin

Menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model Penelitian Tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena dialah yang pertama kali memperkenalkan action research atau penelitian tindakan. Konsep model ini terdiri dari empat komponen (siklus), yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

  1. Model Riel

Model PTK ini membagi proses penelitian tindakan menjadi beberapa tahap, yaitu: studi dan perencanaan, pengambilan tindakan, pengumpulan dan analisis kejadian, refleksi. Untuk mengatasi masalah diperlukan studi dan perencanaan. Masalah ditentukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan sehari-hari. Setelah masalah teridentifikasi kemudian direncanakan tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilakukan oleh peneliti. Perangkat pendukung tindakan (media, RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Tahap berikutnya pelaksanaan tindakan, kemudian mengumpulkan data/informasi dan menganalisis. Hasil evaluasi kemudian dianalisis, dievaluasi dan ditanggapi. Kegiatan

dilakukan sampai masalah bisa diatasi.

  1. Model Kemmis dan Taggart

Menurut Kemiss dan Taggart (1988) prosedur penelitian terdiri dari empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus), yaitu: perencanaan-tindakan dan observasi-refleksi. Model ini sering diacu oleh para peneliti. Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu. Hasil observasi direfleksi untuk menentukan kegiatan berikutnya. Siklus dilakukan terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan hasil belajar maksimum.

  1. Model DDAER

Desain lengkap PTK disingkat DDAER (diagnosis, design, action and observation). Dalam penelitian ini hal yang pertama dilakukan bukan diagnosis masalah sebelum tindakan diagnosis penelitian. Diagnosis masalah ditulis dalam latar belakang masalah. Kemudian peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan untuk menyelesaikan masalah.

  • Hasil Belajar

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendiidkan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar mengajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relative positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2003 dalam Jihad, 2008;1)

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999 dalam Jihad 2008;14). Belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instuksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A.J. Romijowski hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu system pemrosesan masukan (input). Masukan dari

sistam tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance) (Abdurrahman, 1999 dalam Jihad 2008;14).

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Selanjutnya Benjamin S. Bloom dalam jihad (2008;14) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan.

Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu : (a) pengetahuan tentang fakta,

(b) pengetahuan tentang proseduaral, (c) pengetahuan tentang konsep, (d) pengetahuan tentang prinsip.

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu : (a) keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif, (b) keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik, (c) keterampilan bereaksi atau bersikap, (d) keterampilan berinteraksi.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.

  • Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan eksistensi kelompok. Setiap siswa dalam kelompok memiliki tingkat kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda dan memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kolaborasi dalam memecahkan masalah untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan, 1996). Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1984) dalam etin Solihatin (2005;4) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiridari 4 - 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Menurut Slavin (1995) dalam Isjoni (2007: 15) pembelajaran koopertaif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja sama dalam kelompok- kelompok yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Dalam menggunakan model belajar cooperative learning di dalam kelas, ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan di upayakan oleh guru. Guru dengan kedudukannya sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran dalam menggunakan model ini harus memperhatikan beberapa konsep dasar yang merupakan dasar-dasar konseptual dalam penggunaan cooperative learning.

Adapun prinsip-prinsip tersebut menurut Stahl (1994) dalam Solihatin (2005;7), meliputi sebagai berikut :

  1. Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas

 

  1. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar

 

  1. Ketergantungan yang bersifat positif

 

  1. Interaksi yang bersifat terbuka

 

  1. Tanggung jawab individu

 

  1. Kelompok bersifat heterogen

 

  1. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif

 

  1. Tindak lanjut

 

  1. Kepuasan dalam belajar

 

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif

  1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
  2. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar
  3. Menyajikan informasi



  1. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demostrasi atau lewat bahan bacaan
  2. Mengorganisasikan siswa kedalam ke lompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu agar setiap kelompok melakukan transisi secara efisien
  3. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
  4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
  5. Evaluasi
  6. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing- masing kelompok mempre-sentasikan hasil kerjanya
  7. Memberikan penghargaan
  8. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
  • Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan
  • Hakikat Model Kooperatif Tipe Kartu Arisan

Zurriati (2017: 157) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe kartu arisan adalah model pembelajaran kelompok kooperatif dengan menggunakan sejumlah kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban yang disesuaikan dengan materi pelajaran untuk dipecahkan secara bersama-sama dalam kelompok kooperatif atau kelompok kecil.

Sahputra (2017: 94) menjelaskan bahwa model tipe kartu arisan adalah salah satu pembelajaran kooperatif, siswa bekerjasama dalam kelompok untuk mendiskusikan kesesuaian jawaban dari  setiap pertanyaan yang ke luar dari dalam kelas yang telah dikocok oleh guru. Nurhasanah (2014: 4) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif   tipe   kartu arisan   adalah   suatu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk



bekerjasama di dalam kelompok kecil untuk berdiskusi mengenai jawaban dari setiap pertanyaan yang ke luar dari dalam gelas yang telah dikocok oleh guru, dan waktu diberikan secara bergantian.

Model kooperatif tipe kartu arisan dalam berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe kartu arisan adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh siswauntuk mendiskusikan kesesuaian jawaban dari pertanyaan yang ke luar dari dalam gelas yang telah dikocok oleh guru.

  • Kelebihan dan Kekurangan

Ulfayanti (2018: 13) kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe kartu arisan sebagaimana dipaparkan di bawah ini.

Kelebihan

  1. Pembelajaran yang menarik dihubungkan dengan kehidupan nyata; dan
  2. Siswa akan mempersiapkan diri secara maksimal untuk mendapat giliran.

Kekurangan

  1. Tidak semua terlibat dalam kegiatan pembelajaran; dan
  2. Nilai tergantung pada individu yang memengaruhi nilai teman lain.

 

  • Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe Kartu Arisan

Suprayoga dalam (Situmorang dkk, 2015: 3) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe kartu arisan adalah sebagai berikut.

  1. Guru menyiapkan kartu jawaban dengan ukuran 10 x 10 cm dan kertas pertanyaan dengan ukuran 5 x 5 cm tentang materi yang dipelajari. Jawaban ditulis dalam kartu, sedangkan pertanyaan ditulis kertas kemudian digulung. Gulungan kertas pertanyaan dimasukkan ke dalam gelas yang diundi;



  1. Guru membentuk kelompok siswa yang masing- masing terdiri atas 3-4 orang secara heterogen;
  2. Guru membagikan kartu jawaban kepada setiap kelompok;
  3. Guru mengacak gulungan kertas soal, kemudian mengeluarkan 1 gulung kertas, selanjutnya membacakan pertanyaan;
  4. Guru memerintahkan kepada semua kelompok yang memiliki jawaban yang sesuai atas pertanyaan yang dibacakan guru untuk tunjuk jari dan dapat menyampaikan jawabannya di depan kelas;
  5. Jika jawaban sesuai dengan soal yang dibacakan oleh guru diberi poin 1;
  6. Bila tidak ada siswa yang tunjuk jari atau tunjuk jari lebih dari satu orang dan menjawab salah, guru menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut menjawab tetapi salah atau tidak menjawab diberi poin 0;
  7. Guru menghitung perolehan poin dari tiap-tiap kelompok, menjumlahkannya dan mengumumkannya;
  8. Guru memberi pertanyaan rebutan, jika terdapat jumlah poin yang sama pada dua kelompok atau lebih. Kelompok yang paling cepat dan menjawab pertanyaan rebutan itu dengan salah diberi poin 0 dan jika benar diberi poin 1. Kelompok yang memperoleh poin terbanyak mendapat tepuk tangan seluruh siswa dan reward dari guru; dan
  9. Guru memberi motivasi selama kegiatan tersebut dengan cara memberi pujian, tepuk tangan, acungan jempol, menepuk pundak, senyuman, anggukan kepala kepada siswa yang tepat menjawab maupun kurang tepat menjawab pertanyaan.
  • Keaktifan

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu



rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 8 aktif berarti giat (bekerja, berusaha).

Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Rousseau dalam (Sardiman, 1986: 95) menyatakan bahwa setiap orangyang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses pembelajaran tidak akan terjadi. Thorndike mengemukakan keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan dan Mc Keachie menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu” (Dimyati,2009:45). Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri , baik secara rohani maupun teknik. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.

Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Nana Sudjana (2004: 61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah;

(3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah;(5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;(6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang diperolehnya; (7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; (8) 10 Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.



Pengertian bertanya adalah tidak hanya bertanya saja. Pertanyaan berasal dari bahasa Latin, “quaerere”, yang berarti “to ask, to seek”. Artinya bertanya mengandung pengertian mencari. Menurut Hamalik (2004: 117) menyatakan bertanya dapat diartikan sebagai keinginan mencari informasi yang belum diketahui. Sehingga jika bertanya adanya pada kondisi pembelajaran maka bertanya merupakan proses meminta keterangan atau penjelasan untuk mendapatkan informasi yang belum diketahui dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Konsep keaktifan bertanya.

Menurut Hamalik (2004: 35) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan bertanya siswa. Keaktifan bertanya siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadisegar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pemikiran yang kreatif dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar pada siswa.

  • Kerangka Berfikir

Menurut Mohammad Asrori (2009: 35) alur penalaran atau pemikiran dalam penelitian tindakan kelas dimulai adanya suatu masalah. Masalah ini ditunjukkan dengan adanya kerisauan atau keresahan atau ketidakpuasan guru terhadap pembelajaran yang selama ini dilakukan. Ini bisa saja dirasakan oleh guru karena pembelajaranyang dilakukan selama ini tidak menimbulkan kegairahan belajar siswa, tidak menarik bagi siswa, membosankan bagi siswa, dan akhirnya berakibat

pada rendahnya hasil belajar siswa.

Menurut Prof. Dr. Rochiati Wiriaatmadja (2009: 85) Kerangka pemikiran atau paradigma adalah pandangan dunia atau worldview dari peneliti untuk memahami asumsi-asumsi metodologis sebuah studi secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Ontologis pertanyaan tentang hakekat tentang kenyataan. Epistemologis pertanyaan tentang hubungan antara peneliti dengan yang diteliti. Aksiologi pertanyaan tentang peranan nilai.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Hasil belajar siswa di Kelas V SDN tema Globalisasi masih rendah. Inidibuktikan dari hasil belajar pada kegiatan pra siklus, yang diperoleh siswa dengan KKM 70 dari 38 orang siswa hanya 15 orang siswa (40%) memperoleh nilai di atas KKM, 5 orang siswa (5%) memperoleh nilai sama dengan KKM, dan 18 orang siswa (48%) memperoleh nilai di bawah KKM. Derngan nilai rata-rata sebesar 67,63.

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh beberapa factor, antara lain: (1) Proses pembelajaran dengan diskusi kurang menarik; (2) Siswa tidak pernah diberi pengalaman langsung; (3) Pemberian tugas belum teratur dan tidak disertai dengan pemberian resitasi; (4) Faktor keterlibatan siswa yang belum optimal disebabkan karena terbatasnya waktu kegiatan pembelajaran.

Selain itu, kekurangberhasilan proses pembelajaran tersebut akibat dari masih kurang menyadari kelemahan yang terjadi pada siswa, sehingga diperlukan adanya upaya dalam memotivasi siswa dalam materi penyebab benda bergerak sehingga pemahaman siswa masih kurang. Hal tersebut mungkin karena tidak diterapkannya keaktifan siswa dalam proses pemahaman siswa dalam materi.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang tema “Globalisasi”, diperlukan upaya untuk mengatasi kekurangberhasilan siswa dalam hasil belajar yakni melalui penggunaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan. Model kooperatif tipe kartu arisan adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh siswa untuk mendiskusikan kesesuaian jawaban dari pertanyaan yang ke luar dari dalam gelas yang telah dikocok oleh guru. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu arisan menciptakan Pembelajaran yang menarik dihubungkan dengan kehidupan nyata; dan Siswa akan mempersiapkan diri secara maksimal untuk mendapat giliran.

Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah :





Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian






BAB III METODE PENELITIAN

 

  • Setting dan Subjek Penelitian
    1. Tempat Penelitian

Sekolah Dasar Negeri 3 Bojonggedang terletak di Dusun Desa RT/RW Desa Bojonggedang Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat 46387. Untuk jumlah ruangan, memiliki 6 ruang belajar, dan 1 ruang guru/kepala sekolah.

Jumlah guru di SDN 3 Bojonggedang 8 orang, 6 orang Guru Kelas dan 1 orang guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan 1 orang guru Pendidikan Agama Islam. Jumlah siswa di SDN 3 Bojonggedang sebanyak 48 siswa, Untuk siswa kelas V berjumlah 10 orang, 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki.

SDN SDN 3 Bojonggedang ini terletak di daerah pegunungan yang masih asri, dengan udara yang segar dan sehat.

Latar belakang peserta didik berasal dari Suku sunda. Pekerjaan orang tua siswa sebagian besar sebagai petani, pedagang, buruh, wiraswasta dan lain-lain

  1. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, Untuk siklus I dilaksanakan di minggu pertama. Untuk kegiatan siklus II akan dilaksanakan pada minggu kedua.

  1. Subjek Penelitian

Jumlah siswa sebagai subjek penelitian sebanyak 10 orang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan

  • Prosedur/Siklus Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan desain model Kemmis & Mc. Taggart yang dilaksanakan dalam 2 siklus.

Bentuk desain Kemmis & Taggart dalam Ruswandi Hermawan (2007: 127) sebagai berikut:







Gambar 3. 4

Model Desain Kemmis & Taggart



Desain Kemmis & Mc. Taggart menggunakan model yang dikenal sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang- ancang pemecahan masalah.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

Tahapan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

  • SIKLUS I

  • Perencanaan.
      • Menyusun Perangkat Pembelajaran.

Meliputi Modul Ajar, Bahan Ajar, LKPD, Media Pembelajaran dan Alat Evaluasi peserta didik.

  • Guru menyiapkan media pembelajaran berupa gelas yang berisi kartu arisan (Pertanyaan dan jawaban);
  • Menyusun Instrumen Penelitian.

Instrumen penelitian terdiri dari: Lembar Penilaian, dan lembar observasi.

  • Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan guru mengajar seperti biasanya dengan skenario pembelajaran yang tercantum dalam modul ajar yang sudah disusun.

Materi pembelajaran yaitu zakat. Model Pembelajaran yang digunakan pada kegiatan pembelajaran ialah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan Menggunakan gelas yang didalam nya terdapat kartu arisan berupa pertanyaan/soal.

  • Observasi

Teman sejawat sebagai observer dengan menggunakan instrumen observasi mengamati kegiatan guru sedang melaksanakan proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Guru mengamati kegiatan anak selama proses pembelajaran dan mencatat hasilnya pada lembar observasi.

Hasil pengamatan berdasarkan pada aspek pengamatan yang sudah ditentukan dan tercantum dalam lembar observasi.

  • Refleksi

Refleksi dilakukan bersama-sama dengan teman sejawat. Refleksi membicarakan hal-hal atau masalah yang ditemukan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran baik kegiatan siswa maupun kegiatan guru. Hal-hal yang dianggap kurang dijadikan bahan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Jika hasil belajar siswa masih belum menunjukkan peningkatan sesuai dengan yang diharafkan dilanjutkan pada siklus II.



  • SIKLUS II

  • Perencanaan.
      • Menyusun Perangkat Pembelajaran siklus II dengan memperbaiki semua kekurangan yang diperoleh pada refleksi siklus I

Meliputi modul ajar, Bahan Ajar, LKPD, Media Pembelajaran dan Alat Evaluasi peserta didik

  • Guru menyiapkan media pembelajaran berupa gelas yang berisi kartu arisan (Pertanyaan dan jawaban);
  • Menyusun Instrumen Penelitian.

Instrumen penelitian terdiri dari: Lembar Penilaian, dan lembar observasi.

  • Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan guru mengajar seperti biasanya dengan skenario pembelajaran yang tercantum dalam modul ajar yang sudah disusun.

Materi pembelajaran yaitu materi zakat. Model Pembelajaran yang digunakan pada kegiatan pembelajaran ialah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan Menggunakan gelas yang didalam nya terdapat kartu arisan berupa pertanyaan.

  • Observasi

Teman sejawat sebagai observer dengan menggunakan instrumen observasi mengamati kegiatan guru sedang melaksanakan proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Guru mengamati kegiatan anak selama proses pembelajaran dan mencatat hasilnya pada lembar observasi. Hasil pengamatan berdasarkan pada aspek pengamatan yang sudah ditentukan dan tercantum dalam lembar observasi.

  • Refleksi

Refleksi dilakukan bersama-sama dengan teman sejawat. Refleksi membicarakan hal-hal atau masalah yang ditemukan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran baik kegiatan siswa maupun kegiatan guru. Hal-hal

yang dianggap kurang dijadikan bahan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Jika hasil belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan sesuai dengan yang diharafkan maka penelitian selesai pada siklus II.

  • Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 jenis data, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data tersebut diperoleh teknik pengumpulan data dalam bentuk tes dan observasi. Instrumen pengumpulan data adalah sebagai berikut :

  1. Test

Test adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. (Suryanto, 2010 : 1.4)

Test yang digunakan dalam penelitian berupa tes tulis, yaitu tes objektif dan tes uraian. Penggunaan tes dilakukan sebagai alat ukur untuk melihat hasil kemampuan siswa.

Hasil perolehan nilai tes dimasukan ke dalam lembar penilaian siswa, adapun bentuk lembar penilaian siswa adalah sebagai berikut :

No.

NAMA SISWA

Aspek Penilaian

Jumlah

Kognitif

Afektif

Keterampilan

1

Arman

       
 

Dll.

       

 

  1. Lembar Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. (Arifin, 2009: 153)

Yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi terstruktur, dimana semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah

diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas. Adapun instrumen observasi dalam penelitian adalah sebagai berikut:

  • Lembar Observasi Guru

Lembar Observasi Guru merupakan Pengamatan yang dilakukan observer dalam penelitian selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

  • Lembar Observasi Siswa

Lembar Observasi Siswa dilakukan oleh observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung mengobservasi keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab selama proses pembelajaran.

  • Metode Analisis Data

Setelah menentukan teknik pengumpulan data, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan teknik analisis data yang mengacu pada teknik analisis data yang digunakan Miles and Huberman (dalam Rahardjo, M. 2010: 2) meliputi : 1. Reduksi data; 2. Penyajian data; 3 interprestasi data; dan 4. penarikan kesimpulan.

  1. Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses pengurangan data, namun dalam arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan, maupun penaambahan terhadap data yang dirasa masih kurang.
  2. Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan kategori atau pengelompokkan-pengelompokan yang diperlukan.
  3. Interprestasi data merupakan proses pemahaman makna dari serangkaian data yang telah tersaji, dalam wujud yang tidak sekedar melihat apa yang tersurat, namun lebih pada memahami atau menafsirkan mengenai apa yang tersirat di dalam data yang telah disajikan.
  4. Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat,padat dan mudah dipahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu,

khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistennya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada.

Pedoman Penskoran dalam penilaian tes evaluasi adalah sebagai berikut : Nilai = ???????????????? ???????????????? ????????????????????????????????ℎ        x100 = hasil belajar

???????????????????? ????????????????

 

Sedangkan untuk mengukur keaktifan siswa adalah sebagai berikut : Keaktifan = ????????????????????ℎ ???????????????????? ???????????????? ???????????????????? x 100% = persentase keatifan siswa

????????????????????ℎ ????????????????????



Untuk mengukur rata-rata kelas adalah sebagai berikut : Rata-rata = ????????????????????ℎ ???????????????????? ???????????????? ????????????????????????????????ℎ ???????????????????? ????????????????????????????     x 100%

????????????????????ℎ ????????????????????

maka diperoleh persentase rata-rata kelas

 

  • Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan siswa pada pembelajaran PAI mengenai materi

zakat :

  1. Peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran tentang materi zakat, minimal memenuhi 70% dari aspek yang ditetapkan.
  2. Peningkatan keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab selama melakukan proses pembelajaran tentang materi zakat dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan, minimalmencapai 70% siswa yang aktif dalam bertanya maupun menjawab.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN



  • Hasil Penelitian

  • Sikus I
  • Perencanaan

Perencanaan kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan tindakan adalah sebagai berikut:

  1. Guru menyusun Modul Ajar (MA) Tema materi zakat, dengan model  pembelajaran kooperatif tipe kartu arisan;
  2. Guru menyusun bahan ajar
  3. Guru menyusun Lembar Kerja Peserta Didik
  4. Guru menyusun evaluasi peserta didik
  5. Guru menyiapkan media pembelajaran berupa gelas yang berisi kartu arisan;
  6. Guru menyiapkan lembar observasi guru dan siswa
  • Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas Siklus I dilaksanakan pada minggu ke satu di ruang kelas V SDN 3 Bojonggedang Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis dengan jumlah siswa sebanyak 10 siswa dan seluruh siswa hadir. Penelitian ini berlangsung selama satu kali tatap muka. Materi yangdiajarkan pada tahap ini tema indahnya berbagi Sub Tema zakat.

Langkah-langkah pelaksanaan Siklus I sebagaiberikut:

  1. Kegiatan Pendahuluan
    • Guru menyapa ( mengucapkan salam ) kepada peserta didik, lalu 

mengajak peserta didik untuk berdo’a.

  • Guru mengabsen siswa
  • Melakukan apersepsi terkait materi zakat
    • Untuk semua kesayang ibu….
    • Siapa yang masih ingat materi minggu lalu?
  • Menyampaikan tujuan pembelajaran
  • Menyampaikan kegiatan pembelajaran apa yang akan dilakukan.
  1. Kegiatan Inti

Mengamati

Guru mengajak siswa mengamati sebuah gambar tentang berbagi

Menanya

  • Siswa menyampaikan pendapat tentang gambar tema berbagi.
  • Guru bersama siswa melakukan tanya jawab seputar gambar gambar 

dengan tema berbagi

Mencoba

  • Guru membentuk kelompok siswa yang masing-masing terdiri dari 3 siswa heterogen;
  • Guru membagikan LKPD kepada tiap kelompok
  • Gelas yang telah berisi gulungan soal dikocok, kemudian mengeluarkan 1 gulung kertas, selanjutkan membacakan pertanyaan;

Menghubungkan

  • Guru meminta semua kelompok yang memiliki jawaban yang sesuai atas 

pertanyaan yang dibacakan guru untuk angkat tangan.

Mengkomunikasikan

  • Siswa menyampaikan jawabannya;
  • Siswa didampingi oleh guru saling berbagi pendapat;
  • Guru memberikan poin 1 kepada kelompok yang berhasil menjawab dengan benar, dan poin 0 kepada kelompok yang menjawab salah atau tidak menjawab;
  • Guru meminta siswa mempresentasikan materi zakat.
  • Guru memberi motivasi selama kegiatan tersebut dengan cara memberi pujian, tepuk tangan, acungan jempol, menepuk pundak, senyuman, anggukan kepala kepada mereka yang tepat menjawab maupun kurang tepat menjawab pertanyaan.
  1. Kegiatan Penutup
  • Peserta didik diberikan kesempatan bertanya apabila belum memahami materi.
  • Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.
  • Guru memberikan penguatan berupa pujian untuk peserta didik yang aktif dalam pembelajaran dan memotivasi beberasa peserta didik yang belum aktif
  • Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya
  • Guru bersama peserta didik menutup pembelajaran dengan berdo’a bersama.
  • Observasi

Pada kegiatan proses pembelajaran siklus I siswa terlihat sebagian besar aktif, senang melakukan pembelajaran dengan kartu arisan

Hasil pengamatan observer terhadap kegiatan guru, pada umumnya dianggap sudah baik. Guru bertindak sebagai fasilitator, Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario yang sudah disusun, Guru menggunakaan model pembelajaran sesuai dengan rencana yaitu model PembelajaranKooperatif Tipe Kartu Arisan.

  • Refleksi

  • Dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan sebagian besar siswa terlihat senang mengikuti pembelajaran, walaupun masih ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang percaya diri ketika presentasi hidup lapang dengan berbagi sub tema zakat.
  • Pada kegiatan Pembelajaran akan dilanjutkan ke Siklus II dengan harapan sisa lebih aktif dalam bertanya maupun menjawab dan hasil belajar pun lebih meningkat.




  • Siklus II

  • Perencanaan

Perencanaan kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan tindakan adalah sebagai berikut:

  1. Guru menyusun Modul Ajar (MA) Tema berbagi, Sub Tema zakat. dengan model pembelajaran kooperatif tipe kartu arisan;
  2. Guru menyusun bahan ajar
  3. Guru menyusun Lembar Kerja Peserta Didik
  4. Guru menyusun evaluasi peserta didik
  5. Guru menyiapkan media pembelajaran berupa gelas yang berisi kartu arisan;
  6. Guru menyiapkan lembar observasi guru dan siswa

 

  • Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas Siklus II dilaksanakan pada minggu kedua di ruang kelas V SDN 4 Bojongkondang Kecamatan

Langkaplancar Kabupaten Pangandaran dengan jumlah siswa sebanyak 10 siswa dan seluruh siswa hadir. Penelitian ini berlangsung selama satu kali tatap muka. Materi yangdiajarkan pada tahap ini tema berbagi Sub

Tema Infak.

Langkah-langkah pelaksanaan Siklus II sebagai berikut:

  1. Kegiatan Pendahuluan
  • Guru menyapa ( mengucapkan salam ) kepada peserta

didik, lalu mengajak peserta didik untuk berdo’a.

  • Guru mengabsen peserta didik
  • Melakukan apersepsi terkait materi berbagi Untuk semua kesayang ibu….

Siapa yang masih ingat pembelajaran minggu lalu ?

Ayo ..siapa yang akan menjawab.

  • Menyampaikan tujuan pembelajaran
  • Menyampaikan kegiatan pembelajaran apa yang akan dilakukan.
  1. Kegiatan Inti

Orientasi

  • Guru mengajak peserta didik mengamati gambar tema berbagi.
  • Guru bersama peserta didik melakukan tanya jawab seputar berbagi.

Kerja Kelompok

  • Guru membentuk kelompok peserta didik yang masing- masing terdiri dari

3 peserta didik heterogen;

  • Guru membagikan LKPD kepada tiap kelompok

Kuis (Tanya Jawab dengan kartu arisan)

  • Guru memberikan poin 1 kepada kelompok yang berhasil menjawab dengan benar, dan poin 0 kepada kelompok yang menjawab salah atau tidak menjawab;
  • Gelas yang telah berisi gulungan soal dikocok, kemudian mengeluarkan 1 gulung kertas, selanjutkan membacakan pertanyaan;
  • Guru meminta semua kelompok yang memiliki jawabanyang sesuai atas pertanyaan yang dibacakan guru untuk angkat tangan.
  • Peserta didik menyampaikan jawabannya;
  • Peserta didik didampingi oleh guru saling berbagi pendapat;
  • Kelompok yang memperoleh poin terbanyak mendapat tepuk tangan seluruh peserta didik dan reward dari guru.
  • Guru memberi motivasi selama kegiatan tersebut dengan

cara memberi pujian, tepuk tangan, acungan jempol, menepuk pundak, senyuman, anggukan kepala kepada mereka yang tepat menjawab maupun kurang tepat menjawab pertanyaan.

  1. Kegiatan Penutup
    • Peserta didik diberikan kesempatan bertanya apabila belum memahami materi.
    • Guru bersama peserta didik menyimpulkan materiyang sudah dipelajari.
    • Guru memberikan penguatan berupa pujian untuk peserta didik yang aktif dalam pembelajaran dan memotivasi beberasa peserta didik yang belum aktif
    • Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya
    • Guru bersama peserta didik menutup pembelajaran dengan berdo’a bersama.
  • Observasi

Pada kegiatan proses pembelajaran siklus II terlihat sebagian peningkatan keaktifan siswa, senang melakukan pembelajaran dengan kartu arisan dan berani tampil di depan kelas.

Hasil pengamatan observer terhadap kegiatan guru hasil observasi teman sejawat Ibu Eka Nugraha Rahmani, S.Pd. hasilnya sangat memuaskan dengan nilai amat baik dimana Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario yang sudah disusun, Guru menggunakaan model pembelajaran sesuai dengan rencana yaitu model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan.

Hasil pengamatan bersama teman sejawat Ibu Eka Nugraha Rahmani, S.Pd. berkaitan keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab hasilnya kurang memuaskan dimana masih banyak siswa yang malu untuk bertanya maupun menjawab.

  • Refleksi

Dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan siswa terlihat senang dan antusias mengikuti pembelajaran, walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang percaya diri ketika presentasi pengalaman mengenai hidup lapang dengan berbagi.

  • Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan masing- adalah sebagai berikut :

  • Siklus 1

Peningkatan keaktifan siswa pra siklus dan siklus 1 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1

Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus I

 

No.

Siklus

Keaktifan

Bertanya

Keaktifan

Menjawab

1

Siklus 1

3 orang

4 orang

Presentase

30 %

40 %



Tabel 4.2

Perolehan Nilai Hasil Belajar 

Siklus 1







No.

Siklus 1

Jumlah Siswa

1

Dibawah KKM

2 orang

2

Sama dengan KKM

1 orang

3

Diatas KKM

7 orang

Rata-rata Kelas

80,40

Prosentase Rata-rata Kelas

80,40 %

 

  • Siklus 2

Peningkatan keaktifan siswa siklus 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.3

Tabel Keaktifan Siswa Pada Siklus II

 

No.

Siklus

Keaktifan

Bertanya

Keaktifan

Menjawab

1

Siklus 1

3 orang

4

2

Siklus 1I

6 orang

7



ini :

Peningkatan hasil belajar siklus 2 dapat dilihat dari tabel dibawah



Tabel 4.4 Perolehan Nilai Siklus 2

 

No.

Siklus 1

Jumlah Siswa

1

Dibawah KKM

1 orang

2

Sama dengan KKM

1 orang

3

Diatas KKM

8 orang

Rata-rata Kelas

90,12

Prosentase Rata-rata Kelas

90,12%

 

Berdasarkan hasil di atas, dapat dibuat perbandingan hasil perolehan nilai penelitian dari setiap siklus. Perbandingan perolehan pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

 

Tabel 4.5

Perbandingan Perolehan Nilai Hasil Belajar

 

No.

Penelitian

Perolehan Nilai

Rata- rata

Prosentase

Dibawah

KKM

= KKM

Di atas

KKM

1

Pra Siklus

5

1

4

67,63

67,63%

2

Siklus 1

2

1

7

80,40

80,40 %

3

Siklus 2

1

1

8

90,12

90,12%



  • Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 2 orang siswa (20%) yang nilainya dibawah KKM, 1 orang siswa (10%) yang nilainya sama dengan KKM, dan 7 orang siswa (70%) yang nilainya diatas KKM. Dengan rata- rata kelas 80, 40. Artinya ada peningkatan hasil belajar dari pra siklus sebesar 12,77.

Hasil belajar siswa pada siklus II terdapat 1 orang siswa (10%) yang nilainya dibawah KKM, 1 orang siswa (10%) yang nilainya sama dengan KKM, dan 8 orang siswa (80%) yang nilainya diatas KKM. Dengan rata- rata kelas 90,12. Artinya ada peningkatan hasil belajar dari kegiatan siklus I ke siklus II sebesar 9,72.

Dari data di atas dapat dibuat perbandingan perolehan nilai antara antara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II, seperti pada grafik dibawah ini :



Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar

 

  • Keaktifan Siswa dalam bertanya dan menjawab selama Proses Pembelajaran

Pada siklus 1 keaktifan siswa mulai dapat terlihat, siswa yang aktif bertanya selama pembelajaran terdapat 3 orang siswa (30%) dari 10 siswa. Sementara siswa yang aktif menjawab selama pembelajaran ada 4 orang siswa (40%) dari 10 siswa.

Pada siklus II keaktifan siswa lebih meningkat, siswa yang aktif bertanya selama pembelajaran terdapat 6 orang siswa (60%) dari 10 siswa. Sementara siswa yang aktif menjawab selama pembelajaran ada 7 orang siswa (70%) dari 10 siswa. Sehingga dari siklus I ke siklus II ada peningkatan 30 % untuk siswa yang aktif bertanya dan peningkatan sebesar

30 % untuk siswa yang aktif menjawab pertanyaaan selama proses pembelajaran.

Dari data di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut :

















 

Siklus I

Siklus II

Aktif Bertanya

11

22

Aktif Menjawab

17

27

 

Grafik 4.2

Grafik Keaktifan Siswa dalam Bertanya dan Menjawab

BAB V 

SIMPULAN DAN SARAN

 

  • Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :

  1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan dapat meningkatkan

hasil belajar pada siswa kelas V SDN 3 Bojonggedang Korwil Pendidikan Kecamatan Rancah Tahun Pelajaran 2022/2023. Peningkatan nilai rata-rata kelasdari Pra Siklus (67,63) ke Siklus I (80,40) adalah sebesar 12,77; dan Siklus I (80,40) ke Siklus II (90,12) sebesar 9,72. Hal ini berdasarkan peningkatanhasil belajar pada Pra Siklus 67,63%; Siklus I 80,40% danSiklus II 90,12 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe kartu arisan dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN 3 Bojonggedang tentang Tema Zakat.

  1. Model kooperatif tipe kartu arisan dapat meningkatkan keaktifan siswa siswa kelas V SDN 3 Bojonggedang dalam bertanya dan menjawab selama proses pembelajaran tentang Tema Kartu Arisan. Pada siklus I persentase keaktifan siswa dalam bertanya adalah 30 % mengalami peningkatan padasiklus II sebesar 30% menjadi 60%. Persentase keaktifan siswa dalam menjawab pada siklus I adalah 40 % mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 30% menjadi 70%.
  • Saran

Setelah terbukti bahwa penggunaan metode diskusi dan permainan Papan 

Memori dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, maka dapat 

dikemukakan saran sebagai berikut:

  1. Bagi Sekolah
    1. Pihak sekolah agar lebih bekerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendukung berbagai penelitian pendidikan yang ada.
    2. Pihak sekolah agar lebih mendorong guru bersikap kreatif dan inovatif dalam menciptakan strategi, metode, dan model pembelajaran yang dapat diterapkan saat pembelajaran sedang berlangsung.

 

  1. Bagi Guru
    1. Guru harus bersikap kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan tidak menjenuhkan.
    2. Pembelajaran melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan dapat diterapkan oleh guru kelas atau guru bidang sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

 

Afandi, Muhamad. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang: Unnisula Press.

 

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

 

Baswedan, Anies. 2015. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud

 

Dimyati, Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardini, Isriani; Dewi Puspitasari. 2017. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, & Implementasi). Yogyakarta: Familia.

 

---------2007, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah, Jakarta: Depdiknas.

 

---------2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas

Ltifah, Nurul. 2019. Skripsi dipublikasikan “Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Sumber Energi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan Pada Siswa Kelas Iv Mi Ma’arif Tirto Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2018/2019”. Salatiga: Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Nurkhasanah, Weni. 2014. Skripsi dipublikasikan “Peningkatan Aktivitas dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Kartu Arisan pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial”. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Roestyah. N.K, 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Reneka Cipta Mohammad Asrori. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima

Rochiati Wiriaatmadja. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya



PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

DINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BOJONGGEDANG

KECAMATAN RANCAH

Jln. Rancah - Cisaga Desa Bojonggedang Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis Kode Pos 46387



SURAT IZIN PENELITIAN

Nomor: 800/ 93 / 35.07.101.404.01/2022

 

Yang bertanda tangan dibawah ini:

 

Nama : Yeti Suharyati, S.Pd.

NIP : 197703262014082001

Pangkat : Penata III/c

Jabatan : Kepala Sekolah

Unit Kerja : SD Negeri 3 Bojonggedang

 

Memberikan izin kepada:

 

Nama : JUARSIH, S.Pd.I

Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Unit Kerja : SD Negeri 3 Bojonggedang

 

Surat penelitian ini dipergunakan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi zakat Pada Siswa Kelas V SDN 3 Bojonggedang Kabupaten Ciamis”

 

Demikian Surat ijin ini dibuat untuk yang bersangkutan agar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

 

Rancah, 28 November 2022

Kepala SD Negeri 3 Bojonggedang






     Yeti Suharyati, S.Pd.

NIP.197703262014082001



Logo

Platform Guru Era Baru ini telah mengalami perkembangan yang awalnya adalah hanya mewadahi komunitas antara sesama guru dan praktisi pendidikan, namun kini bertransformasi menjadi sebuah wadah solusi pendidikan yang memudahkan mereka untuk dapat mengembangan kapasitas dan daya saing mereka di era digital ini melalui dukungan teknologi.