Loading...
Kembali

Pembelajaran Kimia dengan Role Playing sebagai Alternatif Pembelajaran Diferensiasi

Dipublikasikan oleh Agus Wahidi, M.Pd

Pada 02 January 2025

Pembelajaran yang berpihak pada murid senantiasa memperhatikan perkembangan dan kebutuhan belajar murid. Kebutuhan belajar murid antara lain adalah kesiapan murid, profil belajar murid atau modalitas belajar murid, dan minat belajar. Kebutuhan belajar murid sedari awal harus kita gali untuk menyesuaikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berpihak pada murid dengan cara diferensiasi beberapa komponen pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan  murid, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk pembelajaran. 

 

Pembelajaran yang memenuhi kebutuhan murid yang pertama adalah kebutuhan tentang kesiapan belajar murid.Kesiapan belajar murid diantaranya dengan penguasaan materi atau konsep yang telah lalu, dan hasil asesmen pada pembelajaran telah lalu pada materi sebelumnya yaitu sel volta. Materi sel elektrolisis merupakan satu kesatuan pada materi sel elektrokimia, sebelum memasuki sel elektrolisis mereka belajar tentang sel volta. Dari data pembelajaran yang ada pada sel volta menggambarkan tentang kesiapan belajar siswa untuk masuk materi belajar sel elektrolisis.

 

Pembelajaran sel elektrolisis ini menggunakan role playing karena mempertimbangkan beberapa aspek kesiapan belajar kimia dan profil belajar siswa. Pembelajaran elektrolisis menggunakan role playing ini melihat bahwa profil belajar murid ada yang kinestetik sehingga perlu pendekatan yang lebih banyak menggunakan gerak siswa secara nyata atau rel. Pembelajaran dengan role playing ini salah satu cara diferensiasi pembelajaran dalam hal proses untuk menyesuaikan kebutuhan belajar berupa profil belajar. Pembelajaran role playing ini juga mendekatkan pada minat atau motivasi peserta ddik karena dalam pembelajaran ini mengkaitkan dengan kehidupan remaja yang sesuai dengan kodrat zaman mereka yang masuk usia puberitas. Minat peserta didik ditarik dengan menggunakan pendekatan analogi kehidpan sehari hari untuk menjelaskan konsep elektrolisis. 

 

Pembelajaran rumpun ilmu alam dan matematika bagi sebagian siswa mungkin menjemukan karena masih menggunakan metode ceramah, drill soal yang relatif tidak memerlukan banyak aktivitas dalam bentuk gerak dalam belajar. Pemilihan metode pembelajaran yang menyesuaikan profil belajar siswa ini berdampak kepada  mereka lebih termotivasi dengan adanya minat dari peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Keseruan dalam pembelajaran dengan melibatkan tiga ranah modalitas belajar yaitu audio, visual, dan kinestetik menjadi alternatif dalam pembelajaran yang berpihak pada murid atau pembelajaran berdiferensiasi. 

Video ini diambil langsung saat pembelajaran di kelas XII MIPA 1 di SMA Negeri 1 Singkawang. Pembelajaran berlangsung selama 90 menit sehingga untuk memudahkan ilustrasi maka kami edit menjadi beberapa menit yang terdiri dari beberapa bagian penting dalam pembelajaran, beberapa aspek pendukung akan kami lampirkan disini yaitu beberapa asesmen diagnostik kebutuhan belajar siswa.

 

Pembelajaran elektrolisis menggunakan role playing kami lengkapi dengan diferensiasi konten pembelajaran yaitu dengan video pembelajaran yang sudah diupload di youtube chanel Agus Wahidi dan Komik pembelajaran Elektrolisis yang dishare menggunakan google drive yang dishare coment , sehingga siswa dapat mempelajari dirumah dan berinteraksi dengan teman temannya antar kelas dan berinteraksi dengan guru. 

 

Pada akhir pembelajaran dengan role playing adalah penugasan mengamati komik pembelajaran dan video youtube , peserta boleh memilih melihat video atau mengamati komik , dengan tagihan memberikan komentar dan menjawab pertanyaan yang ada di video dan komik. Pertanyaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu peserta didik dapat menentukan komponen sel elektrolisis dan mekanisme kerja sel elektrolisis.

https://www.youtube.com/watch?v=Ti8lNPzISaw

Logo

Platform Guru Era Baru ini telah mengalami perkembangan yang awalnya adalah hanya mewadahi komunitas antara sesama guru dan praktisi pendidikan, namun kini bertransformasi menjadi sebuah wadah solusi pendidikan yang memudahkan mereka untuk dapat mengembangan kapasitas dan daya saing mereka di era digital ini melalui dukungan teknologi.