Loading...
Kembali

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Manfaat Hingga Penerapannya

Dipublikasikan oleh AFINA ANINNAS

Pada 12 February 2025

Halo Rekan Guraru! Sesekali pasti kita menemui topik materi dalam mata pelajaran yang memiliki banyak sub topik dan memerlukan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan materi. Disisi lain, tuntutan masih banyak topik yang harus diajarkan dan dipelajari oleh peserta didik. Pernahkah rekan guraru membayangkan sebuah model pembelajaran yang menggabungkan kerja sama tim dan penguasaan materi secara mendalam? Model pembelajaran jigsaw hadir sebagai jawabannya. Simak artikel ini hingga akhir.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Jigsaw merupakan strategi yang menekankan pada pembelajaran kooperatif dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif membantu satu sama lain membangun pemahaman. Dalam model kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Setiap anggota dalam kelompok asal bertanggung jawab untuk menjadi “ahli” pada satu sub topik yang ditugaskan dan kemudian “mengajarkannya” kepada anggota kelompok asal.

Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

  1. Pembelajaran Jigsaw merupakan metode yang sangat efisien untuk mempelajari topik yang luas. 
  2. Proses pembelajaran dengan tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan kolaborasi dan empati karena setiap setiap peserta didik bergantung pada peserta didik lain dalam seluruh rangkaian proses pembelajaran. Setiap anggota kelompok harus bekerja sama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga pada akhirnya, setiap peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal dan sejajar. 
  3. Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, aktivitas belajar lebih banyak berpusat pada peserta didik. Dalam proses diskusi dan kerja kelompok, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator, konsultan dan manager yang mengkondisikan proses pembelajaran. 
  4. Adanya suasana belajar dan interaksi yang santai antara peserta didik dengan guru maupun antar peserta didik membuat proses berpikir peserta didik lebih optimal dan peserta didik dapat mengkontruksi pengetahuan secara mandiri sehingga menjadi pengetahuan yang lebih bermakna dan tersimpan dalam memori jangka panjang. 

Langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

  1. Membagi kelompok asal yang beranggotakan 5 atau 6 orang. Kelompok tersebut harus heterogen dalam hal gender, etnis, ras, dan kemampuan.
  2. Menunjuk satu peserta didik dari setiap kelompok sebagai pemimpin. Peserta didik yang dipilih harus menjadi peserta didik paling bijak dalam kelompok.
  3. Membagi topik luas menjadi 5-6 sub topik. Misalnya, pada saat mempelajari kingdom dalam pembelajaran IPA. Rekan guraru dapat membagi menjadi 5 subtopik kingdom yaitu monera, protista, jamur, tumbuhan, dan hewan.
  4. Memberi tugas pada setiap peserta didik untuk menjadi ahli dalam mempelajari satu sub topik kingdom.
  5. Memberi waktu pada peserta didik untuk membaca bagian sub topik yang akan dipelajari masing-masing.
  6. Membentuk “kelompok ahli” dengan meminta satu peserta didik dari setiap kelompok asal bergabung dengan peserta didik lain yang sesuai dengan penugasan tiap sub topik yang sama. Berikan peserta didik dalam kelompok ahli ini waktu untuk mendiskusikan poin-poin utama dari sub topik mereka dan untuk mempelajari konsep bersama-sama.
  7. Meminta peserta didik kembali ke kelompok asal.
  8. Setiap peserta didik mempresentasikan sub topik yang dipelajari bersama dengan kelompok ahli kepada kelompok asal. 
  9. Guru berkeliling untuk memfasilitasi sekaligus mengobservasi tiap kelompok dalam proses diskusi. Jika ada kelompok yang mengalami kesulitan (misalnya ada anggota yang mendominasi atau mengganggu), guru dapat melakukan intervensi yang tepat. 
  10. Di akhir sesi, guru memberikan kuis tentang topik yang telah dipelajari untuk mengecek pemahaman peserta didik.

Tips Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

  1. Peserta didik memerlukan pengalaman dengan keterampilan belajar kelompok kecil sebelum berpartisipasi dalam pembelajaran jigsaw.
  2. Mempertimbangkan kemampuan peserta didik. Dalam satu kelas, pasti terdapat peserta didik dengan kemampuan tinggi dan rendah. Guru harus menyesuaikan kemampuan peserta didik untuk mempelajari suatu konsep. Hal ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki tanggung jawab sebagai ahli untuk mempelajari konsep untuk dibagikan ke kelompok asal.
  3. Saat kelompok sedang melaksanakan diskusi, guru harus memastikan seluruh peserta didik memiliki pemahaman konsep yang benar dan sama.
  4. Apabila perlu, mintalah peserta didik mengisi LKPD “kelompok asal” untuk mengumpulkan semua informasi yang disajikan oleh masing-masing “ahli.” “Kelompok asal” kemudian mempresentasikan hasilnya kepada seluruh kelas, atau mereka dapat berpartisipasi dalam beberapa kegiatan penilaian. Guru dapat melaksanakan asesmen kelompok berdasarkan kinerja akademik dan kooperatif.

Contoh Skenario Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pak Rozi merupakan guru IPA di SMP daerah Banyuwangi. Beliau akan mengajarkan materi ekologi dan keanekaragaman hayati dengan topik kingdom. Pak Rozi menyadari bahwasanya topik kingdom merupakan topik yang luas dan padat karena terdiri dari 5 subtopik yaitu kingdom monera, protista, jamur, tumbuhan, dan hewan. Namun, tidak mungkin pak rozi akan menggunakan 10 pertemuan hanya untuk menyelesaikan satu topik saja. Pak Rozi membutuhkan model pembelajaran yang dapat mendorong kerjasama serta efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Oleh karena itu Pak Rozi dapat menggunakan model “kooperatif tipe Jigsaw” agar konsep dapat dipahami secara utuh oleh seluruh peserta didik dalam waktu yang sekaligus meningkatkan kemampuan kolaborasi dan komunikasi peserta didik. Berikut hal yang harus dilakukan oleh pak Rozi dalam merencanakan hingga mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

    1. Melakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui pemetaan kemampuan peserta didik dalam satu kelas. Data ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk pembentukan kelompok.
  • Membuat modul ajar untuk menentukan tujuan, asesmen, dan kegiatan pembelajaran. Pembuatan modul ajar kurikulum merdeka, didasarkan pada konsep Understanding by Design.
  1. Membuat 2 LKPD untuk tiap kelompok asal dan kelompok ahli.
  2. Membentuk kelompok 5-6 orang untuk kelompok asal dan ahli (masing-masing kelompok harus heterogen).
  3. Masing-masing anggota kelompok asal memiliki tanggung jawab masing-masing menjadi “ahli” untuk mempelajari satu sub topik. Pembagian tanggung jawab harus disepakati oleh seluruh anggota kelompok. 
  4. Setiap anggota kelompok asal, bergabung bersama “ahli” dari tiap kelompok lain sehingga terbentuk 5 kelompok ahli yaitu ahli kingom monera, protista, jamur, tumbuhan dan hewan.
  5. Setiap kelompok ahli memiliki tugas untuk mempelajari sub topik secara utuh dan benar serta membuat infografis untuk dipresentasikan ke kelompok asal.
  6. Setelah tugas eksplorasi konsep, tiap ahli berkumpul kembali dengan kelompok asal untuk saling berbagi informasi.
  7. Pada akhirnya, setiap peserta didik akan memperoleh satu topik kingdom secara utuh hasil dari kolaborasi bersama teman satu kelompok.

 

Nah itulah penjelasan terkait model kooperatif tipe jigsaw. Semoga dapat menambah wawasan dan menjadi referensi bagi rekan guraru untuk menciptakan pembelajaran yang kolaboratif bagi peserta didik. Semangat berinovasi!

 

Referensi

https://www.facinghistory.org/resource-library/jigsaw-developing-community-disseminating-knowledge

https://www.adlit.org/in-the-classroom/strategies/jigsaw

https://www.jigsaw.org/

Lubis, N. A., & Harahap, H. (2016). Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jurnal As-Salam1(1), 96-102.

 

Logo

Platform Guru Era Baru ini telah mengalami perkembangan yang awalnya adalah hanya mewadahi komunitas antara sesama guru dan praktisi pendidikan, namun kini bertransformasi menjadi sebuah wadah solusi pendidikan yang memudahkan mereka untuk dapat mengembangan kapasitas dan daya saing mereka di era digital ini melalui dukungan teknologi.