Loading...
Kembali

Model Coaching untuk Pembelajaran yang Berpihak pada Peserta Didik

Dipublikasikan oleh AFINA ANINNAS

Pada 09 June 2025

Halo Rekan Guraru! Pendidikan adalah fondasi yang menentukan arah masa depan generasi penerus. Di tengah perubahan zaman yang serba cepat, peran guru sebagai pembimbing tumbuh kembang peserta didik menjadi semakin penting. Guru yang tidak hanya bertanggung jawab untuk mengajar, namun juga harus menginspirasi dan memotivasi peserta didik untuk mencapai potensi terbaik mereka. Model coaching merupakan pendekatan yang cocok untuk diterapkan untuk membantu peserta didik mencapai potensi terbaik mereka. Apa itu model coaching? Simak artikel ini untuk memahami bagaimana model coaching dapat diterapkan dalam konteks pendidikan untuk membantu siswa tidak hanya dalam aspek akademis tetapi juga dalam pengembangan pribadi mereka.

Pengertian Coaching dalam Pendidikan

Coaching dalam pendidikan adalah sebuah proses interaktif dimana guru bertindak sebagai coach untuk menuntun peserta didik dalam mengidentifikasi tujuan, mengatasi hambatan, dan mencapai potensi terbaik mereka. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Empat Kompetensi Dasar Coach

Menurut International Coach Federation (ICF), ada empat kelompok kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang coach, yaitu:

  1. Keterampilan Membangun Dasar Proses Coaching. Keterampilan ini melibatkan pemahaman dan penerapan etika coaching serta standar-standar yang telah ditetapkan. Seorang guru harus menunjukkan integritas pribadi dan kejujudan saat berinteraksi dengan peserta didik.
  2. Keterampilan Membangun Hubungan yang Baik. Seorang guru harus mampu membangun hubungan saling percaya dengan peserta didik. Adanya rasa saling percaya inilah yang akan memudahkan proses coaching dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuannya.
  3. Keterampilan Komunikasi. Komunikasi yang efektif merupakan aspek penting dalam coaching. Guru harus memiliki kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, aktif, memberikan kenyamanan guna mendukung potensi peserta didik.
  4. Keterampilan Memfasilitasi Pembelajaran. Guru harus bisa menjadi fasilitator yang membantu peserta didik dalam memahami konsep, meningkatkan keterampilan, karakter serta regulasi diri.

Kompetensi-kompetensi ini harus dimiliki untuk memastikan bahwa coach dapat memberikan dukungan yang baik kepada peserta didik dan  membantu mereka mencapai pertumbuhan pribadi dan profesional.

Komunikasi yang Memberdayakan

Empat unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan adalah:

  1. Hubungan saling mempercayai: Kepercayaan adalah fondasi dari komunikasi yang efektif. Rasa aman dan nyaman dalam hubungan dapat tercipta jika ada rasa saling memperhatikan baik keadaan pribadi maupun kesejahteraan profesional.
  2. Menggunakan data yang benar: Komunikasi harus didasarkan pada data yang akurat dan relevan untuk menghindari kesan subjektivitas dan memastikan bahwa pesan yang disampaikan adalah benar.
  3. Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi: Komunikasi yang memberdayakan harus mendorong peserta didik untuk refleksi diri dan memahami pokok bahasan dengan benar sehingga mereka dapat mengoptimalkan potensi mereka.
  4. Rencana tindak lanjut atau aksi. Rencana tindak lanjut dari hasil komunikasi harus dibuat. Adapun rencana tindak lanjut ini sebagai komitmen terhadap tujuan dari komunikasi yang dilaksanakan.

Model Coaching TIRTA

Model TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan berdasarkan model GROW. GROW merupakan akronim dari Goal (Tujuan), Reality (Realitas), Options (Opsi), dan Will (Kemauan).  Model coaching TIRTA adalah pendekatan yang digunakan dalam dunia pendidikan untuk membantu guru dalam mengembangkan potensi peserta didik melalui proses coaching yang terarah dan bermakna. Model ini terdiri dari empat langkah utama:

  1. Tujuan (T). Menentukan tujuan coaching dengan cara melakukan wawacara mendalam untuk mengidentifikasi permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dan ukuran keberhasilan yang jelas.
  2. Identifikasi (I). Membantu peserta didik mengidentifikasi permasalahan yang harus diatasi dengan cara melakukan diskusi dan refleksi untuk memperjelas keadaan yang diharapi peserta didik.
  3. Rencana Aksi (R). Merancang rencana aksi yang relevan bersama peserta didik dengan cara menentukan langkah spesifik guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
  4. Tanggung Jawab (TA). Membimbing peserta didik untuk berkomitmen terhadap rencana aksi yang telah dibuat berdasarkan kesepakatan, termasuk menjaga komitmen dan menentukan langkah tindak lanjut.

Tips Penerapan Coaching 

  • Menyamakan kata kunci. Seorang guru yang melakukan proses coaching harus membuat peserta didik nyaman pada saat berbicara. Guru dapat memperhatikan kata kunci pembicaraan yang memberikan kesan nyaman. Misalnya, guru dapat ikut serta menggunakan kata kekinian yang sering diucapkan oleh peserta didik.
  • Menyamakan Bahasa tubuh. Bahasa tubuh berperan penting dalam proses komunikasi. Hal ini dapat menentukan bagaimana lawan bicara akan menanggapi pertanyaan dan interaksi selanjutnya. Bahasa tubuh yang dimaksud meliputi mimic wajah, intonasi, postur tubuh maupun Gerakan tubuh lain.
  • Menyelaraskan emosi. Emosi yang kita tunjukkan kepada peserta didik harus meyakinkan mereka bahwa kita berada di pihaknya dan mengerti perasaannya.

Contoh Skenario Penerapan Model Coaching TIRTA

Di sebuah sekolah menengah pertama di pinggiran kota, terdapat seorang siswa bernama Rian yang selalu berjuang dengan pelajaran matematika. Setiap kali guru menulis persamaan di papan tulis, Rian merasa seperti melihat teka-teki yang tidak bisa dia pecahkan. Nilai ujiannya selalu di bawah rata-rata, dan dia mulai kehilangan kepercayaan diri. Bu Sari yang merupakan guru matematikanya merasa peserta didiknya tersebut memiliki permasalahan. Namuan Bu Sari percaya bahwa setiap siswa memiliki potensi yang bisa dikembangkan dengan cara yang tepat. Dia memutuskan untuk menerapkan model coaching TIRTA untuk membantu Rian.

  1. Tujuan (T):Bu Sari menetapkan tujuan yang jelas: membantu Rian tidak hanya memahami aljabar tetapi juga menemukan kegembiraan dalam memecahkan masalah matematika.
  2. Identifikasi (I): Melalui wawancara mendalam, Bu Sari menemukan bahwa Rian memiliki minat pada permainan video dan logika di baliknya. Ini memberikan titik terang untuk menghubungkan konsep aljabar dengan sesuatu yang sudah dikenal dan disukai Rian.
  3. Rencana Aksi (R): Bu Sari merancang serangkaian sesi belajar yang mengintegrasikan elemen-elemen permainan video ke dalam soal aljabar, membuat proses belajar lebih interaktif dan menyenangkan. Dia juga menyediakan lembar kerja yang dirancang seperti level permainan, di mana Rian harus 'menyelesaikan' setiap level dengan menerapkan konsep aljabar.
  4. Tanggung Jawab (TA): Rian berkomitmen untuk mengikuti sesi belajar dan mengerjakan 'level' yang diberikan. Bu Sari sebagai coach memberikan dukungan dan umpan balik yang konstruktif, memastikan Rian tetap termotivasi dan mengakui setiap kemajuan yang dibuat.

 

Nah itulah penjelasan terkait model coaching untuk pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Semoga dapat menambah wawasan dan menjadi referensi bagi rekan guraru. Nantikan aritkel terbaru dari pengelola guraru di sesi selanjutnya. Semangat berinovasi!

 

Referensi

Wijayanti, M.A. 2020. Modul Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid. Kemendikbud.

Logo

Platform Guru Era Baru ini telah mengalami perkembangan yang awalnya adalah hanya mewadahi komunitas antara sesama guru dan praktisi pendidikan, namun kini bertransformasi menjadi sebuah wadah solusi pendidikan yang memudahkan mereka untuk dapat mengembangan kapasitas dan daya saing mereka di era digital ini melalui dukungan teknologi.