Loading...
Kembali

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRISTIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING.

Dipublikasikan oleh Yoseph Frainademets Regi

Pada 18 May 2025

Salah satu konten yang dikembangkan dalam rangka mewujudkan penddikan yang berkualitas untuk mencetak generasi emas masa depan adalah pembelajaran abda 21. Konsep ini mengnaut prinsip moel pembelajaran yang mengarahkan dan mengajak peserta didik untuk memiliki kecapakan 4C, yakni comumunicative, collaborative, critical thingking, dan creativity.

Pembelajaran abad ke-21 menekankan pada pentingnya pembelajaran yang menganut gaya berpikir tingkat tinngi (higher order thingking skill) atau disingkat HOTS. Dalam hal ini, HOTS adalah pembelajaran level 4 yang harus diterapkan oleh guru dan dicapai peserta didik berdasarkan kompetensi yang diterapkan.

Kemampuan berpikir kristis merupakan kemampuan yang mendukung konsep pembelajaran abad ke 21.  Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang materi, masalah, atau apapun yang diinginkan terjadinya perbaikan kulaitas pemikirannya dengan cara trampil menganalisis, menguji dan merekonstriksi. Hal ini dipandang sebagai aset berharga dari cara kerja dan berpikir dalam praktik yang memerlukan komunikasi efektif serta komitmen kuat.

Untuk mencapai taraf berpikir kritis, seperti berpikir menganalisis, mengevaluasi dan mencipta, guru harus mengetahui kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, kemampuan masing-masing peserta didik sangat penting untuk di kenali. Hal ini bertuajuan untuk menghantarkan dan membimbing peserta didik mencapai level beripikir sesuai dengan kemampuan.

Berpikir kritis adalah kemampuan yang harus dimiliki perserta didik dalam memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar baru, tidak biasa dan bahkan luar baisa. Berpikir kritis dalam pembelajaran adalah bagaimana peserta didik mampu memahami konsep, prinsip, dan prosedur dalam pembelajaran dengan cara-cara baru sehingga berbagai masalah yang ditemui dapat dipecahkan dengan baik.

Salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir peserta didik adalah pembelajaran model Discovery Learning. Model pembelajaran ini pada dasarnya mirip dengan model pembelajaran inkuiri. Hanya saja, pembelajaran model Discovery Learning lebih mementingkan pembelajaran perorangan, manipulasi objek dan sebagainya, sebelum kemudian sampai pada tahap generalisasi atau penarikan kesimpulan. Model ini menekankan pada cara belajar aktif, berorientasi proses, mengarahkan, mencari, dan melakukan refleksi. Semua itu dilakuakn sendiri oleh peserta didik hingga mencapai tahap generalisasi.

Adapun sintak pembelajaran model Discovery Learning dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

  1. Stimulation

Langkah awal yang harus dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Pemberian Stimulus dapat berupa: penjelasan singkat mengenai materi atau memberikan contoh yang berhubungan dengan materi.

  1. Proplem Statement

Pada tahap ini peserta didik menangkap pesan dari guru melalui rangsangan materi yang diberikan saat awal kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menemukan, menguraikan dan membuat daftar permasalahan yang dihapi.

  1. Data Collecting

Peserta didik menggali informasi untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang dihapi dalam pembelajaran. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan membaca buku atau sumber bacaan lain yang ada kaitannya dengan materi pelajaran. Dapat juga dilakukan dengan wawancara, observasi, atau mengakses internet.

  1. Data Processing

Peserta didik secara secara pribadi atau kelompok memproses data dengan memilih dan memilah data yang cocok/menyortir data, membuag data yang tidak dibutuhkan, serta mengumpulkan data sesuai dengan materi yang sedang dipelajari.

  1. Verivication

Peserta didik memproses data yang dikumpulkan dengan menguji keabsahan dan kebenarannya. Pengujian hasil pengolahan data dilakukan guna mencocokkan data yang telah diolah dengan hasil yang diinginkan berdasarkan identifikasi masalah pada langkah ke 2.

  1. Gerelization

Guru bersama pesrta didik mebuat kesimpulan dari materi yang sedang dipelajari. Penguatan pada akhir pembelajaran diperlukan agar peserta didik semakin memahami materi.

Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh peserta didik. Model pembelajaran Discovery Learning menawarkan pendekatan yang efektif untuk mengasah kemampuan ini melalui proses pembelajaran yang aktif dan eksploratif. Dengan mendorong siswa untuk menemukan informasi dan solusi secara mandiri, mereka tidak hanya belajar memahami konsep, tetapi juga bagaimana menerapkannya dalam situasi nyata.

Melalui penerapan Discovery Learning, siswa didorong untuk bertanya, menganalisis, dan mensintesis informasi, yang semuanya merupakan elemen kunci dari berpikir kritis. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, tetapi juga membangun rasa percaya diri dalam kemampuan mereka untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, Discovery Learning berperan penting dalam membentuk individu yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan pola pikir yang kritis dan inovatif.

Masa depan pendidikan menuntut kita untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan kompleks. Dengan mengintegrasikan model pembelajaran seperti Discovery Learning ke dalam kurikulum, kita tidak hanya mempersiapkan siswa untuk ujian akademis, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan berpikir kritis yang esensial untuk kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan menjadi lebih relevan dan berdaya guna, membantu mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan global dengan sikap kritis dan solutif.

 

Referensi:

Dahar, Ratna Willis. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran . (2002). Jakarta: Erlangga.

Joenaidy, Abdul Muis. Guru Asyik, Murid Fantastik!. (2018). Yogyakarta: DIVA Press.

Lafendry, Ferdinal. Guru Kreatif dan Menyenagkan di Era Milenial . (2019). Jakarta: Salemba Humanika.

Ling, Jonathan & Catling,Jonathan. Psikologi Kognitif. (2002). Jakarta: Erlangga.

Sutyoko Purwo, Bagus. Pasti Pintar di Setiap mata Pelajaran. (2018). Yogyakarta: DIVA Press.

 

Tentang Penulis:

Saya Yoseph Frainademets Regi, S.Pd, Guru Pendidikan Agama Katolik di salah satu sekolah swata di kota Sidaorjo-Jawa Timur. Keseharian saya adalah meengajar selain itu aktif dalam kegiatan Geerja dan masyarakat. Kegemaran saya adalah menulis dan membaca. Semoga Apa yang saya bagikan ini sungguh bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Logo

Platform Guru Era Baru ini telah mengalami perkembangan yang awalnya adalah hanya mewadahi komunitas antara sesama guru dan praktisi pendidikan, namun kini bertransformasi menjadi sebuah wadah solusi pendidikan yang memudahkan mereka untuk dapat mengembangan kapasitas dan daya saing mereka di era digital ini melalui dukungan teknologi.