Seragam (+3)
M. Yusuf Amin Nugroho February 21, 2014Kadang saya iri melihat guru olah raga. Setiap hari selalu pakai kaos, celana trining, dan sepatu olah raga. Mereka tidak pernah masuk kelas, dan tidak pernah mengajar jam terakhir. Kadang, kepikiran juga, bagaimana jika saya kuliah lagi di fakultas keguruan jurusan olah raga. Ah, tidak mungkin.
Hem, teman saya yang guru olah raga ternyata juga iri dengan saya yang mengajar mapel Non-Ujian Nasional Kelas IX. Kenapa? Sebab, sebentar lagi, tepatnya setelah Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional, guru-guru mapel Non-UN tidak lagi mengajar, tapi tetap dibayar.
“Gimana kalau kita tukeran?” tanya saya. “Saya ngajar olah raga, situ ngajar BTQ atua Fiqih?”
“Hahaha…” teman saya yang tidak bernama itu cuma tertawa.
“Atau tukeran seragamnya saja?”
“Hahaha…” teman saya itu kembali tertawa.
Mungkin seragam sang guru nyaris sama fungsinya dengan baju kebesaran, sebagaimana baju Hakim dan Jaksa atau baju wisuda. Dengan seragam, PSH (entah kepanjangannya apa) misalnya, guru dapat tampil lebih wibawa. Atau mungkin dengan mengenakan seragam, sebagaimana siswa, timbul kesan kekompakan dan kesederajatan. Betul juga sih, meski tidak selalu.
Dan yang pasti, saya tidak setuju ketika ada sekolah negeri mewajibkan guru-gurunya mengenakan seragam organisasi tertentu, meski itu organisasi guru. Untuk sekolah swasta okelah, itu tidak masalah. Tapi untuk institusi negeri, tidak! Apa ada? Di daerah saya banyak. Jadi, setiap tanggal sekian seragam guru adalah seragam organisasi itu. Padahal belum tentu semua guru di sekolah tersebut adalah anggota organisasi tersebut.
Bagimana menurut anda?
Comments (11)
Ehmm iya ya pak, hehehe mungkin seragam organisasi tertentu untuk hari tertentu itu merupakan suatu pesanan pak. Kalau kita mendapat pesanan kue misalnya, sayang donk kalau tak kita layani, apalagi layanan untuk pelanggan tetap, hehehe. Nyambung gak ya? Tergantung juga ya, namanya pelanggan Insya Allah menguntungkan. Tapi itu seragam ya, ah entahlah pak. Hehehe. Thx sharingnya telah membuatku ikut berpikir. Salam tetap berpikir.
hehe.. mungkin gitu ya, ibu etna. tergantung atasannya “seragamnya” apa, bagi gratis, kasih mandat. nurutlah anak buah.
ah, tidak. saya protes kok. 🙂
makasih responnya.
terkadang rumput tetangga jauh lebih hijau dari rumput di halaman pak, hehehe
salam
Omjay
omjay, sekadar becanda saja kok. fiktif. 🙂
He…he..saya menikmati jadi guru olahraha di SD, Tanpa terikat dengan seragam…. Tapi juga saya harus berperan jadi guru lain. Karena sertifikasi saya Guru Kelas. Terimakasih Pak Kiyai.
pak namin, ngajar olah raga tho. pantasan badannya kekar. hehe.. ajari saya main voly pak. dari dulu tidak bisa2. 🙂
hehe.. pemakaian Seragam Daerah juga boleh nih, didaerah saya pemakaian baju teluk belanga dianjurkan oleh PEMKO walau terjadi pro dan kontra sebab teluk belangan identik dengan Islam sedangkan PNS tidak terdiri dari agama yang heterogen
iya cekgu, daerah kami ada pula batik lurik. tapi kalau seragam organisasi guru masuk sekolah negeri gimana tuh?
Lain lubuk lain ikannya
Lain daerah lain bajunya
Baju seragam indah rasanya
Lebih indah kalau gratisan ya
Salam Seragam RIAU
😀
pak tri, boleh juga pantunnya. orang riau jago banget berpantun ya. 🙂 terimakasih
Eh pak guru sastra, kok gak berbalas pantun dg pak Tri? Hehehe pak pandai berpantun ya.
You must be logged in to post a comment.