Pelajaran Tanggung Jawab Orang Tua dari Tragedi Dul (+5)
Mushlihin September 10, 2013Beragam pandangan pasca tragedi kecelakaan Abdul Qadir Jaelani, yang akrab disapa Dul. “Jauh beda dengan Doel anak sekolahan, Dul yang ini Dul anak metropolitan.” demikian salah satu ungkapan dalam komentar media nasional. Adapula yang menyalahkan orang tua agar mendapat hukuman karena dianggap gagal mendidik bocah 13 tahun itu. “Masih ingusan kok dibeliin mobil,?” kata ibu-ibu ketika ngantri di bank tadi siang.
Mc Culay Culkin dan Drew Barrymore adalah anak-anak yang sudah punya mobil Mewah disaat umurnya masih dibawah 10 tahun. Kalo si Dul sudah punya mobil diusia 13 tahun, bagi saya tidak ada yang salah?. Toh, dari uang sendiri atau mungkin dari bapaknya, murni hasil keringat sendiri, dan juga gak korupsi. Dalam tulisan ini, saya ingin melihat tragedi Dul dari sisi tanggungjawab, bagaimana si anak dihadapkan masalah lalu diselesaikan baik, atau setidaknya menjadi pelajaran bagi kita ke depan.
Tanggung jawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwadarminta; “keadaan wajib menanggung segala sesuatunya” artinya jika ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya. Tanggung jawab ini pula memiliki arti yang lebih jauh bila memakai imbuhan. Tapi saya tak terlalu jauh dari ratusan definisi tanggung jawab. Cukup arti, kesediaan menanggung dan kesediaan menjawab, baik fisik dan abstrak.
Tanggung jawab adalah investasi yang tak ternilai harganya, yang ditanamkan pada seorang anak demi masa depannya kelak. Dan penanaman tanggung jawab itu sendiri hanya dapat tercapai jika dijalani lewat proses pendidikan. Pendidikan yang tidak semata-mata urusan institusi. Akan tetapi pendidikan murni menuntut ilmu menganggap ilmu sebagai cahaya, sebagai bagian perkembangan seorang anak melalui transmisi kasih sayang, kepedulian, kepercayaan, emphati dan kesinambungan serta pengarahan spiritual.
Kita harus Berterima Kasih sama Dul dan Ahmad Dani.. mereka memberikan pelajaran tanggung jawab orang tua yg sangat berharga buat orang indonesia, terutama bagi mereka yang masih mencoba eling.
Salam Celoteh
Comments (19)
seorang anak mungkin tidak pernah minta dilahirkan, tetapi tetap saja mereka ingin ditemani. Menemani mereka dengan kasih sayang yang benar……mungkin itu yang dibutuhkan . Salam! Tks, nice post!
“Menemani mereka dengan kasih sayang yang benar” wah terinspirasi ada kasih sayang yang tidak benar wkwkwkw 😀
Kasus ini adalah bukti bahwa orang tua menunjukkan kasih sayang kepada anaknya dengan cara yang salah
kasih sayang yang tidak benar itu kasih sayang yang *demi statusisasi dan konspirasi ekonomi #nglirik ragam bahasa Vicky Prasetyo 😀
Iyah, kasih sayang yang dapat didefinisikan sebagai tidak bertanggungjawab #membelaisiartikel hehe 🙂
#Botak sakti: kalau gitu aku Gotiik dulu yah hehehe 🙂
silakan #kaburnduluin
terima kasih atas sharing nya pak Mushlihin..untuk orang tua yg egois…
agar segera menyadari…
versi ortu Kasih Sayang = Mengasihi karena sayang
versi anak Kasih Sayang = Setelah diKasih baru mereka Sayang.
Terimaaksih pak Mushlihin atas sharingnya. Iya ini merupakan salah satu pelajaran bagi orang tua maupun anak itu sendiri agar hal tersebut tidak terjadi lagi.
Orang tua harus benar mendidik anak dan memberikan perhatian serta kasih sayang yang benar.
Anak pun harus nurut dengan orang tua, jangan mementingkan ego semata dan taati hukum
Pola asuh dari orang tua Dul yang harus diubah. Anak jangan diberikan kekeluasaan yang sebebas-bebasnya.
Kita harus menyikapi masalah dengan bijak, karena ini adalah sebuah bencana yang tidak bisa dihindarkan, pola asuh adalah sebuah usaha, jika gagal, maka kita harus siap mendukung dukanya itu pelajaran yang bisa diambil
Menegaskan ke kita guru yang juuga adalah orang tua bahwa tanggung jawab itu tidak sekedar memberi sesuatu yang mungkin diharapkan anak, akan tetapi juga menunjukkan tanggung jawab kita untuk keselamatan merreka.
Desmiwati, Tutuk, Jatmiko: Trims 🙂
Pak Sukani: Betul, anak bak layang2 lepas, tapi dikontrol
Sopwani: harusnya begitu 🙂
M. Rasyid: Iyah, Guru kan orang tua kedua 🙂
Saya sependapat dengan pak Sopwani dan paj M.Rayid Nur. Sip pak!
Eh saya baru mampir nih. Insya Allah kejadian ini menjadi pembelajaran yang penting bagi masyarakat. Ya pak Sukani, tentang pola asuh yang digunakan oleh orang tua terhadap anaknya, harus benar dan tepat guna. Insya Allah kalau pola asuh itu sudah kita laksanakan dengan baik dan benar, bahkan sejak janin, hasilnya akan baik pula. Terima kasih sharingnya pak Mushlihin, salam perjuangan Guraru.
Sip bunda. Telah menguatkan tentang pola asuh yang digunakan oleh orang tua terhadap anaknya, harus benar dan tepat guna.
Mudah-mudahan fenomena “nyaah dulang” tidak terulang kembali dimasa yang akan datang
You must be logged in to post a comment.