Partai Politik atau Lembaga Pendidikan? ataukah Keduanya? (+2)
Muhammad Qoimussadad November 18, 2013Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat sore para guraru mudah-mudahan senantiasa dalam naungan ridlo Allah Subhanahu wata’alaa. Tahukah guraru kehidupan politik sesungguhnya? Seberapa intens kah guraru terhadap berita politik baik di media massa, cetak ataupun online? Atau sejauh manakah guraru terjun dalam dunia politik? Dan bagaimanakah sebuah partai politik jika dikaitkan dengan sebuah lembaga pendidikan?
Saya masih teringat apa yang disampaikan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kala itu beliau menyampaikan larangan bagi guru untuk terjun ke dunia politik praktis atau partai politik. Menurut saya apa yang disampaikan beliau benar, guru sebagai panutan sangat berpengaruh terhadap suara siswanya. Tidak jarang elit politik berebut suara para siswa (santri) dan alumni dengan “mendatangi” guru (kyai). Hal ini menjadi pembelajaran politik yang tidak baik bagi seorang siswa, dimana seorang siswa sebagai warga negara kehilangan kebebasan mereka untuk memilih (demokrasi). Belum lagi seorang guru (kyai) yang berpindah-pindah kendaraan politiknya, hal ini mengindikasikan sebuah politik pragmatis yang jauh dari nilai-nilai ideologis. Pada akhirnya merekalah yang menjadi korban pragmatisme politik.
Sekarang, banyak kita temui sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan partai politik, mungkin juga bentukan dari partai politik? dan pastinya ada simbiosis mutualisme antara keduanya. Bagaimana pendapat guraru mengenai hal tersebut? adakah undang-undang yang mengatur hal tersebut? bagaimana nasib sebuah lembaga pendidikan jika ternyata partai politik yang menungganginya terlibat masalah korupsi???
Silahkan tuangkan pendapat dan komentar guraru di bawah! Salam super!
Comments (12)
Apapun namanya isinya harus tetap untuk kepentingan pendidikan peserta didik
Pada kenyataannya, pendidikan tidak bisa lepas dari politik. Seringkali, kebijakan pendidikan dibuat melalui keputusan politik…
Saya kira, selama organisasi guru yang ada “rajin” terlibat dalam politik praktis, maka sampai kapanpun juga politik tidak akan bisa dilepaskan dari lembaga pendidikan.
Suatu organisasi tidak lepas dari politik. Jadi lembaga pendidikan harus berpolitik, karena harus melakukan kerjasama, mengatur anggota, membuat kesepakatan, aturan-aturan yg hrs diikuti. Makanya timbul suatu kekuasaan, memerintah anggota atau bawahan. Hal ini tak dapat lepas dari konflik, pro kontra, mencari solusi, perundingan, dll. Maka sehrsnya diadakan stabilitas politik, kontrol diri, bagaimana agar sgl sesuatu menuju hal yg positif. Namun itu tak mudah. Shg timbul peluang yg mengarah ke hal yg negatif. Terima kasih, salam super.
Pak Muhammad pandai membuat judul artikel, membuat saya berpikir ttg politik. Saya sebenarnya tak suka dg partai politik, walaupun ayah DPRD fraksi PNI jaman dulu, ibu juga ketua partai, hahaha. Eyang dan om juga DPR fraksi NU, yah bingung deh, kel besar partainya beda2. Insya Allah di Guraru gak ada politiklah, OK deh saya guru non politik saja, hahaha. Vote deh.
Harus disadari, politik telah mengalami reduksi sedemikian rupa. Politik dimaknai hanya sebagai siapa dapat apa bagaimanapun caranya. Ketika dalam situasi seperti ini pendidikan dibawa masuk ke dalam politik tentu saja pendidikan akan ikut terreduksi. Tantangan terbesarnya adalah, mampukah pendidikan tetap menjadi tonggak pembentukan syahwat politik yang benar? 😀
selama ini pendidikan benar-benar menjadi korban politik,
kalau bisa dalam pemilian penguasa pilih yang benar-benar mengerti pendidikan. Guru tidak usah ikut dalam politiklah, tetap di dunia pendidikan saja 🙂
Terimakasih Pak Subakri atas pendapatnya, guru hendaknya fokus pada pendidikan dan bersikap profesional.
Terimakasih Pak Isna, pastinya sekarang sulit membedakan mana politik pragmatis dan ideologis.
Bu Etna, Terimakasih banyak atas responnya. Saya dalam hal ini juga menjadi korban, hehehe. Betul jadi guru non pol nih? kalau pegawai negeri mestinya seperti itu, netral. Salam super
Pak Ramdhan kira-kira mengambil posisi dimana? salah satu ataukah keduanya?
Pak Nur’alim dan Pak Muhammad salam kenal, jadi ambil bagian dimana?
You must be logged in to post a comment.