Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat membuat para tenaga pendidik banyak mengeksplor berbagai teori yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Salah satunya yakni teori konstruktivisme yang mendukung siswa untuk membangun pengetahuan secara mandiri. Hal ini selaras dengan adanya Kurikulum Merdeka Belajar yang kini menjadi kurikulum utama pembelajaran di Indonesia. Sebenarnya, apa itu teori konstruktivisme dan bagaimana teori ini diimplementasikan di Kurikulum Merdeka Belajar?
Pengertian Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme adalah suatu perspektif yang mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diterima oleh individu secara pasif dari luar, namun dibangun oleh individu itu sendiri melalui proses konstruksi aktif di dalam pikiran. Konstruktivisme berfokus pada peran aktif suatu individu dalam membentuk pengetahuan dan pemahaman, dengan dipengaruhi oleh persepsi, interpretasi, serta pengalaman subjektif individu tersebut terhadap dunia.
Dalam konteks pendidikan, teori konstruktivisme merupakan hasil dari konstruksi pengetahuan baru oleh siswa berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Menurut teori konstruktivisme, siswa tidak hanya menerima pengetahuan dari guru secara pasif, tetapi mereka aktif dalam membangun pemahaman mereka sendiri melalui interaksi dengan materi pelajaran, lingkungan, serta interaksi sosial.
Tujuan Teori Konstruktivisme
Secara umum, tujuan utama dari teori konstruktivisme adalah untuk memahami dan menjelaskan bagaimana individu secara aktif dapat membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri. Di samping itu, terdapat beberapa tujuan lain dari teori konstruktivisme, yang meliputi:
- Mendorong pembelajaran yang bermakna
- Mendorong pemahaman yang mendalam
- Mengembangkan keterampilan berpikir kritis
- Mendorong kolaborasi dan interaksi sosial
- Menghargai perbedaan individu
- Mendorong terjadinya refleksi diri
Manfaat Belajar Konstruktivisme
Dengan belajar menggunakan teori konstruktivisme, siswa tidak hanya dapat terdorong untuk menjadi lebih mandiri, namun siswa juga akan termotivasi untuk belajar lebih dalam demi memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih luas dan menyeluruh terhadap suatu topik atau materi. Selain itu, siswa juga dapat mengembangkan keterampilannya secara mandiri tanpa harus selalu dibimbing oleh guru.
Di samping pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep, belajar dengan teori konstruktivisme juga mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kemampuan ini dibutuhkan siswa untuk dapat menemukan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi selama masa pembelajaran berlangsung di sekolah.
Cara Belajar Konstruktivisme
Cara belajar konstruktivisme dapat diterapkan melalui tahapan-tahapan berikut ini:
1. Orientasi
Tahap pertama yaitu orientasi, di mana guru dapat memberikan ruang dan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan motivasi sesuai topik pembelajaran yang diusung.
2. Elisitasi
Tahapan kedua yaitu elisitasi, di mana menekankan pada cara siswa untuk menggali ide dan mendiskusikan pengetahuan dasar melalui berbagai macam bentuk, seperti tulisan, presentasi, atau bentuk lainnya.
3. Rekonstruksi Ide
Pada tahapan rekonstruksi ide, siswa dapat melakukan klarifikasi ide yang didapatkan dari berbagai macam perspektif. Apabila diperlukan, tahapan ini juga dapat dilakukan dengan berdiskusi atau melakukan kajian literatur untuk memicu timbulnya gagasan yang tepat dan sesuai.
4. Aplikasi Ide
Dari ide dan juga data yang sudah didapatkan, kemudian siswa dapat langsung mengaplikasikannya, sehingga ide yang abstrak akan menjadi lebih terlihat dan bisa dirasakan oleh orang lain.
5. Review
Terakhir, yaitu tahapan review atau peninjauan ulang untuk melakukan evaluasi dan revisi. Selain itu, pada tahapan review, seseorang juga dapat menciptakan gagasan dan ide baru yang ke depannya bisa bermanfaat dan dikembangkan.
Implementasi Konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar
Terdapat beberapa contoh implementasi konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar. Beberapa di antaranya yaitu:
1. Pembelajaran Berbasis Proyek
Cara belajar konstruktivisme yang pertama yaitu dengan melibatkan siswa dalam proyek atau tugas yang menuntut pemecahan masalah, eksplorasi, dan pembangunan pengetahuan. Siswa dapat bekerja secara kolaboratif dalam kelompok untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek mereka. Proyek yang dilaksanakan harus relevan dengan kehidupan nyata siswa serta memungkinkan mereka untuk membangun pemahaman melalui pengalaman langsung.
2. Diskusi dalam Kelas
Selanjutnya yaitu dengan memfasilitasi terjadinya diskusi dalam kelas sehingga mendorong siswa untuk saling berbagi ide, bertukar pikiran, dan berargumentasi. Guru dapat mengajukan topik dalam bentuk pertanyaan terbuka, kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan jawabannya sesuai dengan pemikirannya masing-masing. Siswa dapat mengemukakan pendapatnya atas topik tersebut dengan disertai bukti-bukti yang mendukung argumen mereka. Adanya diskusi dalam kelas semacam ini dapat memicu siswa untuk berpikir kritis, melakukan refleksi, dan saling berkolaborasi.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Selain berbasis proyek, guru juga dapat menerapkan pembelajaran berbasis masalah atau dikenal dengan sebutan problem-based learning. Guru dapat memberikan suatu masalah yang terjadi di kehidupan nyata dan relevan dengan materi yang dipelajari siswa. Kemudian, guru dapat meminta siswa untuk mencari solusi atas masalah tersebut melalui eksplorasi, refleksi, dan penelitian.
4. Penggunaan Sumber Daya Luar
Guru juga dapat menggunakan sumber daya di luar kelas, seperti perpustakaan, museum, atau kunjungan lapangan untuk memberikan pembelajaran berupa pengalaman langsung kepada siswa. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan nyata dan membangun pengetahuan berdasarkan hasil interaksi tersebut. Guru dapat mengarahkan siswa untuk mengamati, mencatat, dan menganalisis apa yang mereka temui di lapangan.
5. Pembelajaran Berbasis Teknologi
Terakhir, guru juga dapat memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran konstruktivisme, seperti menggunakan Learning Management System (LMS), video interaktif, atau simulasi online. Adanya dukungan teknologi dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi konsep dan berkomunikasi dengan rekan sebaya secara virtual. Teknologi juga memungkinkan siswa untuk mengakses sumber daya yang lebih luas serta memfasilitasi pembelajaran mandiri.
Penerapan teori konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar dapat dilakukan salah satunya dengan memanfaatkan Jelajah Ilmu yang dapat digunakan oleh siswa, guru, kepala sekolah, maupun orang tua. Jelajah Ilmu merupakan platform Learning Management System (LMS) yang dapat membantu para guru untuk menciptakan pengalaman belajar efektif dan efisien bagi siswa.
Guru dapat mengakses materi ajar tambahan dari menu “Materi Global” yang ada pada LMS. Materi Global ini dapat membantu guru dalam membuat variasi pada modul ajar yang disusun. Kemudian, guru juga dapat memasukkan ajaran-ajaran teori konstruktivisme dalam modul ajar tersebut sebelum akhirnya membagikan modul ajar kepada siswa melalui Jelajah Ilmu. dengan adanya LMS ini, aktivitas pembelajaran dapat lebih efisien dan fleksibel.